Jakarta - Riki Setiawan, 35 tahun terlihat berdiri mengangkat keranjang berisikan seratus ekor burung emprit dengan kedua tangannya. Matanya terpejam dan mulutnya komat-kamit mengucapkan doa-doa. Ia lalu membuka tutup keranjang dan sejurus kemudian seratus burung emprit tersebut terbang ke alam bebas.
Riki mengatakan, dengan melepas burung emprit ke alam bebas dirinya mendapatkan kemudahan rezeki sepanjang tahun. Ia mengaku kata-kata yang ia ucapkan sebelumnya adalah doa dan harapannya untuk setahun ke depan.
Melepas burung menurutnya juga sebagai praktik kasih sayang kepada makhluk hidup. "Untuk menghapus hal-hal buruk, dosa-dosa yang diperbuat," ujar Riki.
Usai melepas burung, wajah Riki terlihat tenang. Burung-burung yang dilepas Riki tidak gratis. Riki rela mengeluarkan kocek Rp 150 ribu agar dapat melepas burung di hari raya imlek.
mengatakan satu keranjang yang berisi 150 ekor burung emprit harganya Rp 150 ribu.
Hari perayaan imlek menjadi ladang rejeki bagi Budi. Budi mengatakan hari ini telah meraup keuntungan kotor Rp 7,5 juta rupiah. Padahal di hari biasa di Wihara Dharma Bakti, ia paling-paling meraup Rp 1,8 juta per harinya.
"Sudah ada 5000 burung yang terjual hari ini. Padahal hari biasa cuma 1.500 burung," kata Budi.
Pengurus Wihara Dharma Bakti Gunawan Djadjaputra mengatakan tradisi melepas burung adalah simbol cinta kasih. Cinta kasih tersebut adalah menghindari penyiksaan dan pembunuhan terhadap makhluk hidup.
Berdasarkan kisah yang ditulis dalam kitab Lie zi, tradisi membeli dan melepaskan binatang dikenal dengan sebutan Fang Sheng. Tradisi tersebut sudah dilakukan di Tiongkok sejak 2.300 tahun silam.
"Sebetulnya itu untuk diyakini kepada mereka akan mendatangkan rezeki, kesehatan dan usahanya lancar. Jadi itu dari sugesti mereka," ujarnya.