Miris sekali, ketika kemarin sabtu saya diajak oleh seorang teman ke sebuah tempat makan yang cukup ternama. Kebetulan teman saya itu sedang berulang tahun sehingga ia mentraktir saya dan tiga orang teman lainnya.
Setelah kami memarkirkan kendaraan, kami pun masuk. Dan saya sedikit terheran dengan pertanyaan seorang pegawai di sana ketika menyambut kami yang baru saja masuk.
"Ingin smoking area atau tidak?"
Tentu kami menolaknya, lalu kami diarahkan ke beberapa kursi kosong yang belum ditempati. Yang muncul di fikiran saya, smoking area? tidakkah salah yang ditanyakan. Bagaimana tidak, kami para pelajar ditawari untuk menempatai smoking area. Tempat dimana pengunjung diperbolehkan merokok.
Apakah saya terlihat seperti ‘anak-anak’ itu? Atau karena menggunakan seragam sekolah kami dikira membolos? Atau entahlah..
Dalam penalaran saya, bukan hanya pelajar. Rasa-rasanya orang dewasa pun, akan sangat enggan untuk merokok di tempat makan seperti yang saya kunjungi kemarin. Ya, karena beberapa hal seperti ruangan yang ber-AC, menjaga tanggapan dari orang lain, dan tidak ingin mengganggu pengunjung lainnya.
Lagipula merokok juga bukan ‘makanan’ pelajar, bukan? Ya, seharusnya memanglah begitu. Walau kenyataannya masih ada juga disana-sini yang diam-diam bahkan juga terang-terangan.
Entahlah saya belum mengerti yang sebenarnya, mengapa tawaran tersebut di tawarkan kepada kami. Mungkin ada beberapa hipotesis yang dapat saya simpulkan.
Pertama, tawaran itu ditawarkan ke semua pengunjung. Agar pegawai tempat makan tersebut dapat mengarahkan tempat duduk bagi pengunjung yang baru datang.
Kedua, mungkin sudah ada beberapa orang pelajar yang meminta tempat duduk di smoking area. Lalu disini berlaku teori labeling. Bahwa sebagian besar pelajar yang mengunjungi tempat itu untuk merokok. Terutama beberapa orang anak laki-laki yang datang bersama-sama. Sehingga setelahnya tawaran itu juga ditanyakan kepada pelajar lain.
Tapi, ini bahaya loh! Karena bisa saja yang pada awalnya mereka tidak berniat merokok, malah ingin merokok karena adanya kesempatan. Dilain hari mereka kembali untuk memanfaatkan kesempatan tersebut. Merokok selagi tidak diawasi orangtua, guru, dan orang-orang yang tentu akan melarang mereka. Saya jadi teringat kata-kata Bang Napi yang dulu ada ditivi itu.
Kejahatan tidak selalu terjadi hanya karena niat pelakunya, tapi juga kesempatan. Waspadalah, waspadalah!
Kita memang benar-benar harus waspada benar akan hal ini. Senyatanya bukan hanya di tempat-tempat seperti itu saja pelajar tidak boleh merokok. Tapi disetiap waktu. Dan bukan hanya pelajar, melainkan kita semua.
Bukankah sudah banyak dibicarakan dan dibahas di media tentang bahaya merokok? Segala bentuk ancaman dan akibat dari merokok. Bahkan sudah termasuk pula dalam materi sekolah jikalau saya tidak salah.
Selain itu di kemasan rokok pun sudah dicantumkan mengenai peringatan; merokok membunuhmu! Ahsudahlah..
Kembali ke bahasan awal. Menanggapi mengenai tempat makan yang kami kunjungi ini. Saya apresiasi sekali dengan penyediaan smoking area apabila ada pengunjung yang ingin merokok, sehingga tidak mengganggu pengunjung lain.
Namun, menawarkan kepada pelajar atau anak-anak seusia yang tengah beranjak dewasa adalah sebuah kekeliruan. Hal tersebut seharusnya belum selayaknya dilakukan. Namun mungkin ada pertimbangan lain seperti sebagai upaya peningkatan kualitas, kenyamanan pelanggan atau sebagainya. Ya ya kita berfikir positif sajalah.
Namun saya cukup senang. Selesai makan kami meninggalkan tempat duduk lalu menuju kasir. Toh, saya hanya melihat-lihat saja, yang membayar teman saya seorang saja, namanya juga ditraktir. Haha
15 Oktober 2014
Hamdi Alfansuri
Malam yang indah bersama beberapa tulisan ‘latepost’ dan secangkir Cappucino
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H