Mohon tunggu...
Alfan Mubarok
Alfan Mubarok Mohon Tunggu... Auditor - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota UNIVERSITAS JEMBER

NIM 191910501031

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Evaluasi Sumberdaya Lahan terhadap Pertanian di Indonesia

5 Mei 2021   18:46 Diperbarui: 5 Mei 2021   18:47 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Untuk merumuskan penataan kota di masa depan perlu diadakannya tata ruang guna memberikan informasi terkait ruang tersebut. Dalam suatu ruang terdapat sumberdaya yang mampu menghasilkan efek positif bagi kehidupan. Karakteristik fisik ruang dibituhkan untuk menghindari dampak negatif dari adanya perkembangan suatu perkotaan.  Maka dari itu diperlukan evaluasi terkait sumberdaya lahan.

Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara luas lahan tidak berkembang, menyebabkan tekanan penduduk terhadap sumberdaya lahan semakin berat. Pada sisi lain, lapangan pekerjaan yang terbatas mendorong masyarakat tidak memiliki banyak pilihan mata pencaharian kecuali bertani dengan memanfaatkan lahan yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan penggunaan yang demikian menjadikan lahan mengalami kerusakan fisik, kimia dan biologi, terjadi degradasi yang kemudian disebut lahan kritis Studi kasus.

Pada studi kasus kali ini membahas terkait kesesuaian lahan untuk mendukung pengembangan komoditas pertanian di wilayah perbatasan negara indonesia. Padi dan karet merupakan komoditas yang akan dikembangkan dalam rangka Merauke Integrated Food and Energy Estate. Padi merupakan komoditas pertanian dengan produksi paling banyak Tahun 2010 di empat kecamatan di perbatasan Kabupaten Merauke ini, sedangkan pada tahun yang sama karet merupakan komoditas perkebunan dengan produksi terbesar kedua setelah kelapa. Pada kajian ini menggunakan metode pemetaan kesesuaian lahan dilakukan dengan unit analisis satuan lahan.

Peta satuan lahan disusun dengan melakukan ditindih (overlay) peta bentuk lahan, peta tanah dan peta penggunaan lahan. Proses pengolahan peta menggunakan metode overlay dilakukan dengan sistem informasi geografis (SIG). penentuan kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan dari masing -- masing tanaman memiliki syarat kesesuaian tumbuh yang berbeda -- beda. Penentuan kesesuaian lahan dilakukan dengan menggunakan dua ordo yakni sesuai (S) dan tidak sesuai (N), sedangkan kelas kesesuaian lahan yang digunakan adalah empat kelas yakni sangat sesuai (S1), sesuai (S2), agak sesuai (S3), dan tidak sesuai (S4). Pada hasil dan pembahasan dari kajian tersebut menunjukan hasil bahwa wilayah penelitian terdiri dari enam kesesuaian.

Hasil analisa menunjukan bahwa yang menjadi kendala pengembangan tanaman karet di wilayah penelitian terdiri dari faktor drainase,banjir, tekstur tanah, dan bahaya erosi. Namun, faktor yang paling banyak menyebabkan lahan tidak sesuai dengan syarat hidup dan perkembangan tanaman karet adalah drainase yang sangat terhambat dan kejadian banjir yang sering terjadi. hal ini disebabkan lahan dengan faktor kendala drainase dan banjir terletak pada lahan berawa.

Sehingga dapat disimpulakan bahwa Kesesuaian lahan untuk tanaman karet terdiri dari enam sub kelas kesesuaian lahan, yakni S1, S2b, S2se, S3wf, Nwf dan Nwft. Luas lahan dengan kesesuaian Sangat sesuai (S1) adalah seluas 140.942,50 hektar yang terdapat di Kecamatan Sota dan Kecamatan Olikobel. Faktor utama penghambat pengembangan tanaman karet di wilayah penelitian adalah drainase yang sangat terhambat dan banjir yang sering terjadi. Hal ini karena lahan-lahan dengan faktor kendala tersebut terletak pada lahan berawa.

Kesesuaian lahan untuk tanaman padi di wilayah penelitian terdiri dari 9 sub kelas, yaitu S1, S3w, S3wt, S3ws, S3wse, S3wtse, Nt, Nws dan Nwt. Kesesuaian lahan dengan kelas sangat sesuai (S1) hanya terdapat di Kecamatan Merauke dengan luas lahan sebesar 9.948,52 hektar. Penanganan faktor penghambat drainase dapat meningkatkan luas lahan dengan kesesuaian lahan sangat sesuai (S1) seluas 147.883,28 hektar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun