Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... wiraswasta -

orang biasa sedang belajar menulis apa saja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kesantunan Tayangan Bencana TV Jepang

17 Maret 2011   19:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:42 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingatkah Anda dengan tayangan stasiun televisi kita saat bencana letusan Gunung Merapi tahun lalu? Masih ingatkah Anda visualisasi penemuan jenazah Mbah Maridjan dalam keadaan bersujud di stasiun televisi kita? Masih ingatkah Anda dengan tayangan pemakaman massal dan suasana di kamar mayat RS Sardjito Yogyakarta saat itu? Pejamkan mata Anda dan bayangkan jenazah-jenazah yang ditampilkan adalah jenazah keluarga Anda. Bagaimana perasaan Anda?

Sekarang kita ingat pemberitaan di stasiun televisi kita tentang musibah gempa bumi dan tsunami dahsyat yang melanda Jepang saat ini. Hampir semua tayangan di stasiun televisi kita bersumber dari NHK dan jaringan televisi luar negeri lain. Diantara lebih dari tiga ribu jenazah yang telah ditemukan, pernahkah Anda menyaksikan tayangan jenazah yang ditemukan dan diambil gambarnya sevulgar televisi kita menayangkan jenazah Mbah Maridjan? Rasanya tidak pernah ada.

Jika kita mau jujur, tayangan televisi Jepang sangat lengkap menggamparkan situasi gempa dan tsunami yan

g melanda pulau Honshu. Detik demi detik datangnya tsunami sangat detail diliput hingga saat air menerjang daratan Jepang. Kita dapat melihat mobil-mobil yang terseret arus air, kapal-kapal yang terjungkal dihantam derasnya air dan rumah-rumah serta lahan pertanian yang dialiri air bah itu. Sangat lengkap, detail dan bisa dikatakan sempurna.

Sebaliknya ketika ada penemuan jenazah korban gempa dan tsunami Jepang itu visualisasinya dikaburkan dan tidak secara vulgar menyorot jenazah. Para kru rekaman dan editor di stasiun televisi Jepang sangat profesional dalam menayangkan gambar korban bencana itu. Mereka menggunakan etika dan adab yang tinggi dalam memilih gambar yang ditayangkan. Mereka bisa menghasilkan gambar yang menyentuh hati penontonnya namun tidak berlaku vulgar.

Metode itu bertolak belakang dengan cara stasiun televisi kita menayangkan gambar bencana. Bagi stasiun televisi kita dianggapnya semakin vulgar gambar yang diambil akan semakin memancing emosi penonton apalagi diiringi lagu-lagu sendu, biasanya lagu-lagu milik Ebiet G. Ade. Padahal sejatinya banyak penonton televisi kita yang muak dengan tayangan seperti itu dan memilih tidak melihatnya.

Sepertinya wartawan dan kameramen yang meliput bencana untuk stasiun televisi kita tidak mampu berempati terhadap korban bencana dan malah menjadikannya obyek eksploitasi. Seharusnya mereka menyadari bahwa jenazah korban bencana itu adalah manusia juga seperti mereka dan tetap menaruh hormat kepada jenazah dan berempati kepada keluarganya.

Belum lagi diakhir tayangan stasiun televisi kita berlomba-lomba menawarkan diri untuk menyalurkan sumbangan dari pemirsanya. Stasiun televisi kemudian menayangkan wajah-wajah penyumbangnya padahal stasiun televisi itu kemudian berlomba-lomba menjadi dermawan di lokasi bencana. Jika memang berniat tulus membantu korban bencana tanpa embel-embel promosi dan menunjukkan kedermawanannya akan lebih bijaksana jika dana yang dikumpulkan itu diserahkan ke PMI yang benar-benar mengetahui kondisi medan.

Akan lebih baik jika para peliput selain mendapatkan pendidikan teknis memburu berita di lokasi bencana juga mendapatkan pendidikan cara berempati, adab dan sopan santun serta etika terhadap korban bencana agar tidak terjadi eksploitasi terhadap korban bencana terlebih terhadap jenazah.

Dengan pembenahan dan perbaikan serta supervisi dari lembaga sensor kita, diharapkan agar penayangan kejadian bencana di stasiun televisi kita menjadi lebih santun dan beradab setidak-tidaknya mendekati tayangan stasiun televisi Jepang yang sangat santun dan beradab. Dengan demikian stasiun televisi kita benar-benar terdepan dalam mengabarkan suatu bencana bukan malah mengaburkannya.

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun