Segala pengalaman di pesantren terkait nasi goreng tersebut mungkin telah merubah pandanganku terhadap makanan yang satu ini. Nasi goreng mulai menjadi semacam kemewahan untukku. Apalagi kusadari bahwa kian hari harga nasi goreng di pasaran makin naik. Dulu, sepuluh ribu sudah bisa makan nasi goreng biasa. Sekarang, nasi goreng biasa sudah di harga empat belas ribu rupiah. Harga tersebut memang tak bisa kukategorikan mahal, tapi paling tidak lebih mahal dibanding nasi ayam warteg.
Soal nasi goreng di pasaran, aku punya pendapat sendiri. Aku sudah mencoba nasi goreng berbagai daerah tapi menurutku yang juara adalah nasi goreng buatan orang Tegal, spesifiknya lagi yang kecamatan Bojong. Orang-orang Bojong sepertinya diberkahi bakat membuat nasi goreng yang lezat. Teman-temanku di pesantren banyak yang berasal dari Bojong, Tegal dan nasi goreng buatan mereka tak pernah kuragukan kelezatannya.
Kalau kalian pada suatu malam memutuskan untuk pergi membeli nasi goreng dan penjualnya merupakan orang Bojong, maka sesungguhnya kalian telah memutuskan untuk berbahagia. Kalian telah memutuskan untuk menghapus kesedihan. Kalian telah memilih untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih positif dari sebelumnya. Memang selezat itu nasi goreng orang Tegal.
Kembali lagi, buatku nasi goreng tetaplah sebuah kemewahan. Sekarang mungkin aku bisa mengakses kompor sesukaku, meskipun hanya kompor kemah. Aku juga bisa kapanpun pergi membeli nasi goreng, toh aku juga sudah berpenghasilan meskipun tidak banyak. Namun, dengan semua itu, nasi goreng tetaplah sebuah kemewahan.
Tetap berpikir bahwa nasi goreng adalah sebuah kemewahan membuatku terus bersyukur ketika dimasakkan nasi goreng. Aku bisa makan nasi goreng dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan, apalagi jika enak. Aku bisa membeli nasi goreng lalu menganggapnya sebagai suatu penghargaan atas diriku sendiri, atas segala yang telah kulalui. Nasi goreng adalah kemewahan yang tidak terlalu mewah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H