"Selain rasa kuah yang jadi pilihan pertama dalam memilih warung bakso, kenangan jadi pilihan selanjutnya yang selalu dipertimbangkan,"
Dalam memilih warung bakso untuk jadi tempat favorit, aku selalu mempertimbangkan rasa kuahnya harus sesuai dengan lidah. Karena terkadang ada beberapa warung yang kuahnya terlalu manis, kebanyakan penyedap rasa, bahkan terlalu pedas karena mericanya.
Berbeda pula dengan temanku yang katanya menilai enak dan tidaknya bakso hanya dari saos atau kecap yang dipakai warung tersebut. Entah pemikirannya memang agak berbeda.
Dan diantara berbagai warung bakso yang mulai menjamur di kotaku, kedai Pak Ghufron tetap yang paling idaman.
Bukan hanya cita rasa khas yang berbeda dengan warung bakso lainnya. Tetapi juga ada kenangan yang masih membekas pada bangku panjang di sudut ruangan.
Bakso Pak Ghufron termasuk salah satu warung bakso yang masih terkenal di Kota Blitar. Lokasinya bukan berada di tepi jalan raya, tetapi di sebuah gang agak besar, yaitu di Jalan Kemuning.
Selain terkenal murah dengan porsi yang melimpah, barangkali orang-orang memang sengaja datang ke warung Pak Ghufron karena kenangannya, seperti halnya aku.
Dulu setiap berangkat dan pulang sekolah saat masih SMP, sekitar tahun 2007, aku selalu melewati warung bakso Pak Ghufron. Saat itu bangunannya masih ala kadarnya, dengan gerobak dan ruangan yang sempit.
Kini usia warung bakso Pak Ghufron sudah lebih dari 10 tahun, tentu jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Ruangan untuk 'ngandok' semakin luas, bahkan beberapa meja dan bangku panjang diperbanyak.
Kenangan dan Makan Bakso di Akhir Pekan
Untuk cita rasa dari bakso Pak Ghufron mungkin memang kalah jauh dari warung bakso yang terkenal di Blitar, karena penyedap rasanya memang tak terlalu kuat. Tapi, ketika ditanya ingin makan bakso di mana, aku selalu menjawab di Warung bakso Pak Ghufron.
Ada kenangan makan bakso bersama suami. Dulu, sebelum menikah, kami sering menghabiskan waktu dengan berbagai topik pembicaraan di warung bakso Pak Ghufron. Entah apapun saat itu seolah bahan obrolan tak ada habisnya.
Ketika itu, akhir pekan memang jadi pertemuan yang paling dinantikan. Selain, berkumpul dan berdiskusi dengan para penulis di kota ini, selanjutnya ada jadwal yang telah jadi kebiasaan untuk makan bersama di warung bakso Pak Ghufron.
Awalnya suami hanya ingin mencari teman makan, aku pun mengiyakan karena cerita yang selalu makan sendirian di rumah membuatku tak tega.
Hingga akhirnya, benih-benih perasaan itu mulai tumbuh tak terduga. Dari percakapan yang hanya sekadarnya, dari bahan obrolan tiada habisnya yang terkadang sengaja sudah kubuat list pertanyaan. Â Hingga tak sadar malah jadi malu sendiri dengan Pak Ghufron karena terlalu lamadi warungnya.
Warung baksonya seolah memberikan kenyamanan bagi siapa saja yang datang, terlebih Pak Ghufron selalu ramah kepada tiap pembelinya.
Itulah bakso favorit yang menjadi idaman ketika ingin mengenang masa-masa sebelum pernikahan. ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI