“Menurutku menulis, kan, sudah jadi rutinitas keseharian sampeyan, jadi itu bukan upgrade skill,” kata suami sore tadi saat kutanya tentang upgrade skill yang kulakukan.
Aku mengernyitkan kedua alis, “Ya namanya tetep upgrade skill, dong. Aku kan nyaris 3 bulan vakum nulis, jadi kini seolah kata-kata nyaris berpamitan, diksi yang biasanya tertata apik sulit ditemukan. Bahkan kalimat yang selalu terangkai dengan matang, kini nyaris menghilang,”
“Hm, entahlah,” jawab suami pasrah. Aku balas tersenyum penuh kemenangan.
***
Pada bulan Ramadan ini, aku menjadi pemburu kompetisi kepenulisan. Sekaligus upgrade skill di dunia kepenulisan yang sebelumnya membuatku vakum selama hampir 3 bulan.
Aku bersyukur di bulan Ramadan ini ada berbagai challenge menulis yang diadakan oleh beberapa komunitas, instansi, atau perusahaan. Salah satu writing challenge yang kuikuti adalah Samber THR 2023 yang diadakan Kompasiana.
Selain membawa berkah tersendiri untuk umat muslim yang menjalankan ibadah puasa, Ramadan juga memberiku ruang untuk tetap produktif menulis.
Upgrade Skill Dimulai dari Menulis Cerita Keseharian
Menulis cerita keseharian jadi salah satu cara agar aku tetap produktif di bulan Ramadan. Selain itu, aku juga mengikuti beberapa tantangan menulis caption Instagram yang diadakan suatu komunitas.
Lalu, apa yang kurasakan setelah 10 hari rutin posting tulisan? Dan 3 hari ini memulai belajar konsisten menulis walaupun hanya lewat caption media sosial yang idenya berasal dari menulis cerita keseharian.
Ada kata-kata yang seolah kembali untuk bisa ditekuni. Ada ruang yang terisi penuh di dalam hati, ruang yang bernama kebahagiaan.
Ramadan tahun ini, aku ingin memulai dengan tetap produktif menulis dan berkarya. Meskipun menjadi ibu baru di usia muda memang bukan perkara mudah. Karena selain menjalani 2 peran sekaligus sebagai ibu dan istri, aku juga harus tetap merawat mimpiku salah satunya dengan menulis.
Jadi, bagaimana Ramadanmu? Mari tetap mengisinya dengan hal-hal produktif dan positif.
*
3042023