Mohon tunggu...
Alfa Alfi Aunillah
Alfa Alfi Aunillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Gemar membaca dan terus belajar untuk menulis dengan baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal di Tengah Arus Modernisasi Sektor Pendidikan

21 Agustus 2024   22:15 Diperbarui: 21 Agustus 2024   22:29 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan suatu hal yang terbilang cukup kompleks di masa kini. Terdapat berbagai isu yang menjadi polemik serta mewarnai laman surat kabar; sebut saja seperti kurikulum Merdeka Belajar, akses sekolah sulit di beberapa tempat, pemerataan pendidikan yang kurang optimal, sampai dengan pendidikan yang berbasis kearifan lokal. Di zaman arus media berlalu begitu cepatnya memberikan berbagai dampak yang memengaruhi sektor pendidikan. Termasuk dengan gaya hidup, pola pikir, dan pandangan akan budaya mulai berkiblat dengan luar atau bahkan terjadi sebuah asimilasi. Maka lahirlah pendidikan yang berbasis kearifan lokal untuk menjawab tantangan-tantangan yang diberikan oleh Globalisasi.

Kearifan lokal sendiri menurut Undang-Undang RI Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat utuh anatara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup seacara lestari. Bagi saya kearifan lokal adalah segala bentuk nilai, kebudayaan, dan pedoman dalam menjalankan aktivitas keseharian dalam implementasi kehidupan masyarakat. Di mana hal ini berkaitan dengan identitas maupun nilai luhur yang berasal dari bangsa.

Di zaman dengan penuh digital yang informasinya serba cepat membuat sedikit demi sedikit pengetahuan akan bangsa dan kedaerahan minim bagi beberapa pelajarnya. Masih mudah untuk menjumpai para pelajar yang bahkan tidak tahu menahu mengenai ciri khas kebudayaan daerah. Atau bahkan sekedar tata perilaku dan norma yang sudah sepatutnya berkembang dari generasi ke generasi seakan menjadi tabu. Justru istilah-istilah generasi baru yang dipengaruhi oleh aktivitas digitallah yang tercetak jelas dipikiran para generasi baru. Apakah ini suatu hal yang miris? Tentu, bisa dibilang demikian. Namun, tidak bisa ditampik juga bahwa pola pengenalan kearifan lokal juga harus mengikuti arus zaman.

Pemahaman masyarakat pada umunya bahwa pendidikan hanya terbatas pada sekolah saja. Kemudian sangat menautkan apa yang didapat oleh para anak-anak dari sana. Nyatanya, pendidikan tidak hanya terbatas dari lingkungan sekolah. Terutama bagi mereka yang masih berusia dini. Terpaan informasi bisa dari mana saja. Belum lagi aspek lingkungan keluarga menjadi yang paling awal untuk mengajarkan dan menerapkan kearifan lokal. Di mana lewat pembelajaran sederhana mengenai tata perlaku jika berjumpa dengan seseorang, seperti harus mengucap salam dan sapaan, mencium tangan, atau menganggukkan kepala bila berjumpa dengan orang yang kita kenal.

Dari aspek lingkungan keluarga pembelajaran sederhana tentang kearifan lokal akan menjadi suatu kebiasaan yang tertanam pada individu. Dengan begitu hal itu untuk seterusnya akan dipahami sebagai sesuatu yang harus dilakukan dan mencerminkan identitas kearifan lokal.

Di sisi lain peran pendidikan di sekolah tak kalah penting untuk mengenalkan kearifan lokal di Indonesia. Salah satunya seperti sikap patuh dan menghormati para guru atau yang lebih tua. Bahkan peraturan dan aktivitas para siswa juga merupakan bagian dari kearifan lokal. Di antranya seperti kegiatan kerja bakti, karena budaya kita mengenalkan bahwa kerja sama itu penting dan dapat meringankan beban yaitu seperti kata pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Kemudian pemilihan pengurus kelas di sekolah, mungkin kegiatan ini terlihat sebagai sesuatu yang terbilang normal dilakukan. Akan tetapi, ternyata ada kearifan lokal di dalamnya yaitu musyawarah untuk mufakat. Beberapa peraturan lain di sekolah juga mengusung basis kearifan lokal ini. Memang secara tersirat, maka dari itu penting bagi beberapa pihak untuk menjelaskan tujuan dari kegiatan yang dilakukan para siswa di sekolah.

Bnetuk-bentuk kearifan lokal di sekolah tidak hanya terbatas pada itu saja. Lewat pembelajaran dan pengenalan tentang kebudayaan daerah meliputi adat istiadat, ciri khas, makanan, bahkan kebiasaan akan sangat berperan dalam mengenalkan pada generasi muda.

Selain itu basis media digital harus juga diperhatikan. Mengingat eksistensinya yang cukup besar dan penggunanya kebanyakan dari kalangan generasi muda yang masih menduduki bangku sekolah. Maka diperlukan lebih banyak lagi konten-konten yang memuat kearifan lokal serta pengenalan-pengenalan pada hal yng sifatnya kedaerahan. Dengan begitu, eksistensi pendidikan berbasis kearifan lokal di dunia digital tidak akan kalah saing dengan konten-konten yang memuat SARA, ujaran kebencian, dan budaya luar negeri. Perlu untuk menampilkan sisi esetetika dan unik agar dapat menarik minat para generasi muda yang cenderung punya rasa penasaran tinggi.

Intinya, untuk mengahadapi arus globalisasi dan menjadikan eksitensi kearifan lokal tetap dikenal perlu adanya beberapa penyesuaian. Di mulai dari aspek terkecil lingkungan keluarga sebagai tahap awal untuk memupuk kebiasaan baik berbasis kearifan lokal. Kemudian, dilanjut pada jenajng sekolah. Di mana membiasakan terjelmah dalam setiap aktivitas dan proses pembelajaran yang akhirnya dapat memantik siswa untuk berpikir kritis dan menemukan solusi yang nantinya dipakai bekal dalam kehidupan bermasyarakat. Tentu, tak lupa diimbangi dengan senjata paling ampuh di abad ini, yaitu media digital yang eksistensinya menyentuh seluruh kalangan. Dengan begitu pendidikan berbasis kearifan lokal akan dapat menyentuh seluruh kalangan terutama generasi muda sehingga eksistensinya terjaga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun