Pada saat bersamaan, pihak kepolisian hanya mewawancara dan memeriksa kebenaran maksud kedua mahasiswa apakah benar-benar mengantarkan makanan atau tidak.
Padahal, sebelum konten hoaks sempat beredar Kemkominfo telah mengambil langkah antisipasi dengan melakukan perlambatan akses jaringan internet di beberapa wilayah Papua.
Tujuan Kemkominfo tidak lain yakni meminimalisir penyebaran konten hoaks saat kericuhan sedang berlangsung yang berpotensi semakin memperkeruh suasana.
Kondisi yang memanas di wilayah Papua ternyata juga mengundang perhatian bagi media asing. Surat Kabar asal Amerika Serikat yakni New York Times meliput respons masyarakat Papua terhadap penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya lalu.
The Guardian media asal Inggris menyoroti aksi penangkapan tersebut dimana aparat sempat meneriaki para mahasiswa sebagai 'monyet-monyet' selama operasi berlangsung.
Media asing yang berada di Asia juga turut meramaikan para pembaca setianya dengan informasi mengenai kerusuhan yang terjadi di Papua seperti Al Jazeera asal Qatar, Channel NewsAsia serta The Straits Times asal Singapura.
Peran WhatsApp sebagai perantara yang menyebabkan kerusuhan perlu mendapat atensi khusus. Semestinya hal ini menjadi pengalaman pahit bagi Indonesia lantaran sejumlah kerusuhan yang terjadi sebagian besar berawal dari media sosial.
Selain itu, apresiasi juga perlu ditujukan kepada Kemkominfo yang mengambil langkah preventif dengan tujuan meredam laju konten hoaks selama kerusuhan di tanah Papua terjadi.
Indonesia yang baru saja merayakan hari kemerdekaan tentu berharap kesatuan dan persatuan bangsa semakin erat dan bukan malah menjadi renggang.
Warganet pun dapat berpartisipasi dalam upaya mendamaikan wilayah paling timur Indonesia dengan tidak mempercayai setiap konten tanpa fakta dan sumber yang jelas. Karena, Sabang sampai Merauke merupakan bagian dari Indonesia.
Bogor, 21 Agustus 2019