Produk pembersih tubuh seperti sabun antibakteri sering diklaim mampu memberikan perlindungan lebih terhadap kuman daripada sekadar menggunakan sabun biasa.
Journal of Antimicrobial Chemotherapy menyebutkan jutaan konsumen di Amerika Serikat mampu menghabiskan sekitar 14 triliun rupiah dalam pemakaian produk sabun cuci tangan dan sabun cair antibakteri.
Selain itu, penelitian pernah berlangsung di Korea dengan tujuan pemeriksaan efek dari zat triclosan. Hasilnya, triclosan tidak dapat membunuh kuman dalam waktu singkat melainkan butuh waktu selama enam jam atau lebih.
Zat triclosan yang terkandung dalam produk pembersih tubuh dianggap sebagai zat yang berbahaya bagi sistem kekebalan tubuh. Dalam dunia kesehatan, zat triclosan lekat dengan sebutan sebagai 'agen' antibakteri.
Akan tetapi, beberapa penelitian kini menyebutkan bahwa zat kimia tersebut berpotensi melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia seperti meningkatkan gejala alergi dan asma.
Produk antibakteri tersebut sejauh ini juga belum memiliki bukti ilmiah yang mampu membuktikan dimana produk antibakteri lebih efektif dalam mencegah kuman daripada sabun biasa dan air. Zat triclosan biasa dijumpai dalam komposisi sabun cair.
Seorang peneliti bernama Min-Suk Rhee dari Universitas Korea mengatakan saat ini keberadaan iklan di media massa serta keyakinan konsumen terhadap produk pembersih tubuh terkhusus sabun antibakteri perlu diluruskan.
Otoritas Amerika Serikat melalui badan pengawas obat dan makanan setempat atau FDA telah memberi perhatian khusus terhadap zat triclosan. Penggunaan rutin yang tidak sesuai aturan berakibat resistensi antimikroba atau AMR.
AMR dapat menimbulkan dampak negatif berupa hadirnya bakteri yang kebal ke berbagai jenis antibiotik. Dampaknya bakteri akan menjadi lebih sulit untuk diobati sehingga memerlukan antibiotik dengan dosis yang lebih tinggi ketimbang sebelumnya.
Hal tersebut sangat mungkin terjadi apabila seseorang menggunakan produk pembersih tubuh yang mengandung triclosan dimana antibiotik yang dibutuhkan dengan dosis lebih tinggi.
Dijadwalkan pada tahun depan, Amerika Serikat akan melarang penggunaan sabun cair dengan komposisi triclosan. Otoritas setempat ingin lebih merekomendasikan penggunaan produk pembersih tubuh yang berbahan dasar alkohol.
Di Indonesia pun masih sering dijumpai produk pembersih tubuh yang mengandung zat triclosan. Beberapa hasil penelitian juga telah mengungkapkan bahwa produk antibakteri tersebut tidak jauh lebih unggul dalam mencegah penyebaran kuman.
Justru produk yang mengandung zat yang dirasa berbahaya seperti zat triclosan menimbulkan dampak negatif jangka panjang. Resistensi antimikroba merupakan masalah serius jika membutuhkan penanganan berupa antibiotik dengan dosis tinggi.
Jika ditinjau dari aspek lingkungan, tak jarang produk-produk tersebut menyebabkan pencemaran di tanah. Lahan yang sudah tercemar tidak dapat kembali produktif lantaran lahan yang sudah bercampur dengan zat-zat kimia berbahaya.
Cukup menarik apa yang dilakukan otoritas Amerika Serikat dalam memandang zat triclosan. Penelitian ilmiah yang dilakukan oleh negara maju seperti Amerika Serikat tentu saja sudah didukung dengan peralatan serta perlengkapan teknologi mutakhir.
Indonesia sepatutnya turut meninjau langkah yang ditempuh Paman Sam. Jika terbukti menimbulkan masalah kesehatan jangka panjang, maka larangan penggunaaan sabun cair dengan kandungan zat triclosan dapat diterapkan pula di tanah air.
Bogor, 13 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H