Selanjutnya GPO menargetkan luas produksi ganja akan sampai pada budidaya pada rumah kaca dengan produksi sebanyak 150 ribu hingga 200 ribu botol minyak ganja nantinya.
Rencananya dalam jangka waktu lima tahun mendatang, aktivitas investor asing dan impor ganja di Thailand akan dilarang. Hal ini dilakukan agar Industri dalam negeri Thailand dimaksimakan sebaik mungkin.
Otoritas setempat terus mempercepat produksi dalam memenuhi target tersebut dimana industri ganja kini merupakan prioritas utama.
Menteri Kesehatan Thailand juga kembali menegaskan bahwa ganja hanya dipergunakan untuk tujuan medis dan bukan dalam rangka rekreasi.
Selanjutnya, tahun ini otoritas Swiss telah mengizinkan lima ribu orang legal untuk mengonsumsi mariyuana dalam rangka penelitian. Namun, hanya boleh diikuti oleh orang dewasa yang sebelumnya pernah menggunakan ganja.
Hal tersebut bertujuan untuk membentuk aturan baru mengenai penggunaan obat-obatan di Swiss. Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu mengubah Undang-Undang yang melarang ganja di Swiss sejak tahun 1951.
Diprediksi sekitar 200 ribu orang di Swiss pernah menggunakan ganja secara ilegal. Swiss sebelumnya telah mengizinkan produk ganja dengan konsentrasi kurang dari satu persen THC dimana bahan kimia ini menyebabkan perasaan 'melayang'.
Akhir tahun lalu, obat ganja legal bernama Epidiolex tersedia di Amerika Serikat. Obat ini telah disetujui badan pengawas obat dan makanan setempat serta ditanggung asuransi.
Obat oral tersebut digunakan untuk mengatasi sindrom epilepsi atau kejang. Berdasarkan uji klinis, ternyata mampu mengurangi kejang 25 hingga 28 persen lebih baik ketimbang obat plasebo.
Sedangkan sejak tahun 2016, Israel telah lebih dulu melegalkan penggunaan ganja medis. Israel sendiri termasuk negara terdepan dalam melakukan penelitian dan pengembangan seputar ganja.
Informasi terakhir menyebutkan parlemen Israel telah memberi persetujuan akhir terhadap Undang-Undang terkait langkah petani dalam mengekspor ganja untuk keperluan medis.