Mohon tunggu...
Naufal Alfarras
Naufal Alfarras Mohon Tunggu... Freelancer - leiden is lijden

Blogger. Jurnalis. Penulis. Pesilat. Upaya dalam menghadapi dinamika global di era digitalisasi serta membawa perubahan melalui tulisan. Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah. "Dinamika Global dalam Menghadapi Era Digitalisasi" Ig: @naufallfarras

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ini Upaya China Atasi Game sebagai Penyakit Modern

26 Juli 2019   18:02 Diperbarui: 27 Juli 2019   07:23 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bermain Game (Sumber: tribunnews.com)

Pada tahun lalu, World Health Organization (WHO) melakukan voting untuk memasukkan kecanduan game dalam daftar penyakit modern. Kini WHO telah resmi mencantumkan bahwa kecanduan game tergolong sebagai penyakit modern.

Berdasarkan pertimbangan dan persetujuan para ahli di seluruh dunia menyatakan bahwa pola perilaku kecanduan game mengalami gangguan kontrol dimana mengutamakan game daripada tanggung jawab lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

Dikutip dari Time, gangguan lainnya seperti mengabaikan sekolah dan bekerja karena lebih memprioritaskan game. Biasanya, orang yang sudah menderita hal ini sulit untuk memenuhi janji- janji sosial.

Perilaku bermain game berubah menjadi suatu penyakit ketika lebih mengutamakan game daripada kegiatan sehari-hari lainnya serta mulai merusak hubungan sosial dan rasa tanggung jawab seseorang.

Game dikatakan sudah memberi pengaruh buruk dimana perilaku bermain game terus berlanjut dan bahkan semakin candu walaupun disadari konsekuensi negatif akan diterima.

Menyikapi kehadiran penyakit modern, beragam upaya mulai dilakukan baik dalam ruang lingkup negara, perusahaan, hingga yang paling kecil dalam ruang lingkup keluarga.

Perusahaan Tencent diketahui akan memberi peringatan berupa notifikasi kepada akun pembayar tagihan apabila penggunanya melewati batas transaksi lebih dari 500 yuan atau setara dengan 1,1 juta rupiah.

Laporan South China Morning Post menyatakan peringatan ini akan diterima oleh akun pembayar yang menghabiskan lebih dari 500 yuan dalam kurun waktu 30 hari untuk kepentingan dalam game yang disediakan.

Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi kecanduan game terkhusus anak-anak. Peringatan batas transaksi ini akan dikirimkan kepada orang tua agar lebih mengawasi anaknya.

Sejak 2017 silam, secara resmi otoritas China telah membuat aturan mengenai batasan waktu bermain game untuk anak-anak di bawah umur.

Karena memiliki basis disana, Tencent mesti mematuhi aturan tersebut dengan menerapkan pembatasan waktu bermain hanya selama dua jam per hari bagi mereka yang masih di bawah umur.

Apabila melebihi waktu yang ditentukan, maka secara otomatis pemain dikeluarkan dalam game tersebut. Setiap warga China juga diwajibkan untuk memasukkan data nomor induk kependudukan yang bertujuan untuk memverifikasi umur pemain game.

Indonesia tidak tinggal diam dalam menanggapi pernyataan resmi WHO tentang kecanduan game. Pemerintah tengah dalam proses finalisasi memberi rating suatu game dan memberi batasan usia pada game.

Selain itu, pemerintah juga membuat suatu terobosan dimana nantinya akan disediakan wadah yang berisi pandangan pengamat atau pakar dan masyarakat umum mengenai keberadaan game.

Dengan koordinasi yang baik masyarakat kelak dapat mengutarakan opininya terkait game mana yang diizinkan dan game mana yang mesti dilarang untuk dimainkan.

Beberapa waktu lalu, seorang ibu membagikan suatu trik di media sosial yang ia gunakan dalam mengurangi kecanduan game yang dilakukan oleh anaknya.

Dalam menghentikan sang anak yang sudah kecanduan game, seorang ibu mempunyai cara yang tidak biasa yakni dengan mewarnai lingkar mata anaknya dengan makeup berwarna hitam yang kemudian diunggah di media sosial.

Sang anak baru menyadari hal tersebut ketika terbangun di pagi hari. Dia pun bertanya mengapa matanya berubah menjadi hitam. Lalu, sang ibu menjawab karena terlalu sering bermain gadget. Alhasil, anaknya pun langsung menangis.

Jawaban sang ibu tentu saja tidak benar. Namun, maksudnya adalah untuk memberi efek jera kepada sang anak agar mengurangi kecanduan terhadap gadget. Cara ini sempat viral di Facebook dan dibagikan lebih dari 150 ribu kali.

Kekhawatiran para orang tua muncul dimana akibat terlalu banyak bermain game akan mempengaruhi kesehatan dan mengganggu konsentrasi dalam proses belajar anak.

Berbagai negara tengah berupaya mengurangi tingkat kecanduan game yang tinggi saat ini. Mengontrol waktu dan uang yang dihabiskan dalam suatu game diharapkan berjalan efektif untuk mengurangi dampak negatif penyakit modern.

Memperhatikan perubahan kesehatan fisik maupun psikologis serta fungsi sosial juga dapat dilakukan oleh orang-orang yang berada di sekeliling pecandu game dalam mencegah dampak negatif tersebut.

Bogor, 26 Juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun