Periode itu merupakan sejarah kelam penjajahan Jepang di wilayah Semenanjung Korea. Selain itu, kaum wanita sering diperlakukan dengan tidak manusiawi.
Menyikapi hal ini, netizen Korea Selatan menggaungkan #boycottjapan di media sosial sebagai bentuk protes terhadap Negeri Sakura. Korea Selatan sendiri merupakan negara dengan akses internet tertinggi di dunia.
Terbukti dengan menjamurnya kamp pusat penanganan bagi warga setempat untuk lepas dari kecanduan mengonsumsi internet. Di kamp ini warga akan didorong melakukan aktivitas menyenangkan tanpa melibatkan dunia digital.
Meski tidak menghentikan ekspor material kepada Korea Selatan, kebijakan Jepang berpotensi sangat memukul bagi Negeri Ginseng. Tidak hanya warga Korea Selatan, hampir di seluruh penjuru negeri kini warganya tidak lepas dari smartphone.
Melihat kembali kebelakang penyebab perang dagang antara AS dan China diawali konflik di bidang teknologi. Perusahaan Huawei milik China diklaim melakukan aktivitas spionase terhadap otoritas Amerika Serikat.
Huawei pun masuk dalam daftar hitam dimana perusahaan ini tidak boleh beroperasi. Jepang melihat peluang yang sama dengan apa yang telah dilakukan AS terhadap China.
Ketergantungan Korea Selatan terhadap bahan baku industri teknologi dari Jepang diharapkan mampu mengubah pandangan otoritas setempat. Bukan tidak mungkin konflik antar keduanya akan membawa guncangan terhadap ekonomi global.
Perang dagang di sektor teknologi dalam era digitalisasi perlu diwaspadai. Terlebih ketergantungan terhadap produk andalan suatu negara asing. Ketergantungan ini mampu menjadi bumerang bagi negara importir.
Layak dinanti bagaimana kelanjutan konflik antara Jepang dan Korea Selatan. Apapun yang terjadi, Indonesia mesti mempersiapkan diri dalam menghadapi potensi perang dagang selanjutnya.
Bogor, 10 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H