wisata dalam negeri diakui sebagai salah satu warisan budaya dunia.
Indonesia patut berbangga dengan segala potensi terutama kekayaan alam dan budaya yang dimiliki. Beberapa waktu lalu, salah satu objekPetambangan Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat, diakui sebagai warisan dunia kategori budaya oleh UNESCO pada tahun ini. Pengakuan tersebut sangat berperan dalam meningkatkan jumlah wisatawan yang akan berkunjung.
Lokasi itu terdapat keunikan dengan adanya pertukaran informasi dan teknologi lokal dengan teknologi Eropa berkaitan dengan eksploitasi batubara pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 di dunia terutama di Asia Tenggara.
Ombilin menjadi warisan budaya dunia kelima di Indonesia setelah Candi Borobudur pada 1991, Candi Prambanan pada 1991, Situs Sangiran pada 1996, dan sistem Subak di Bali pada 2012.
Meski demikian, ada satu aspek yang sepertinya kurang menjadi perhatian baik oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Keamanan lokasi wisata dari dampak bencana yang mungkin timbul sewaktu-waktu.
Kepergian Pak Sutopo
Indonesia telah kehilangan seorang anak bangsa yang sangat berperan aktif dalam menyampaikan perkembangan informasi ter-update mengenai bencana yang sedang berlangsung.
Beliau masih meluangkan waktu untuk berbagi informasi melalui media sosial hingga melakukan jumpa pers hanya untuk memaparkan perkembangan situasi penanggulangan bencana meski sedang menjalani perawatan medis.
Kepergian beliau tidak hanya dirasakan di dalam negeri, beberapa media asing seperti New York Times dan Straits Times juga menyatakan telah kehilangan sosok beliau yang tak kenal waktu menginformasikan setiap perkembangan bencana.
Akan tetapi, perilaku dan pesan yang beliau sampaikan tidak akan hilang begitu saja. Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB mampu menunaikan kewajibannya dengan maksimal.
Sutopo sangat menyoroti mitigasi bencana di kawasan wisata seluruh Indonesia yang dinilai masih jauh dari kata aman. Setiap pengelola wisata mestinya memahami betul peta bencana yang bakal terjadi di kawasan tersebut.
Jumlah korban terutama di kawasan wisata rawan bencana dapat diminimalisir apabila menerapkan mitigasi bencana sesuai dengan prosedur dan standar yang berlaku.
Contohnya kawasan wisata di pesisir perlu dilengkapi sirine berbasis komunitas yakni Indonesia Tsunami Early Warning (Ina-TEWS) untuk memantau keadaan di sekitar pantai apabila tiba-tiba terjadi bencana alam.