Dikutip dari CNN Indonesia, pada 2015 pengadaan hujan buatan membutuhkan dana hingga 200 miliar rupiah yang mencakup batas wilayah dan waktu tertentu.
Dana yang dibutuhkan untuk pengadaan hujan buatan membutuhkan dana yang besar. Tidak heran apabila langkah ini disebut sebagai langkah jangka pendek. Hujan buatan mampu mengurangi polusi udara di Ibukota untuk sementara waktu.
Akan tetapi, polusi udara akan kembali muncul dan bahkan semakin meningkat pasca hujan buatan. Padahal dana yang dikeluarkan untuk membuat hujan buatan tidaklah sedikit.
Anggaran dana tersebut lebih baik diprioritaskan dalam membenahi lingkungan hijau di wilayah DKI. Ibukota saat ini membutuhkan ruang terbuka hijau yang mampu menjadi solusi dalam mengurangi polusi udara.
Meningkatkan standar terhadap industri agar memperbaiki sistem pengolahan limbah. Mungkin bisa diterapkan apabila suatu industri tidak mampu memenuhi standar yang telah ditetapkan pemerintah, industri itu tidak diizinkan beroperasi.
Pemerintah perlu meninjau kembali kandungan partikel yang terdapat dalam polusi udara. Polutan yang turun bersama hujan buatan akan semakin berbahaya jika mengandung zat berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Penggunaan transportasi umum di wilayah DKI sebagai penyebab terbesar polusi udara saat ini. Solusinya dapat dengan mengimbau masyarakat agar lebih memilih moda transportasi umum menuju destinasi.
Dimulai dari masing-masing individu agar meningkatkan kesadaran terhadap polusi udara yang membahayakan dengan melakukan hal-hal kecil namun sangat berarti dalam mengurangi polusi udara.
Bogor, 7 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H