Jepang salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia tengah mengalami kekurangan tenaga kerja akibat populasi penduduk yang cenderung menurun. Namun, otoritas setempat menolak menggunakan tenaga kerja asing.
Solusi untuk mencukupi kebutuhan tenaga kerja difokuskan pada pemanfaatan kecerdasan buatan. Negara ini cukup selektif dalam memilih tenaga kerja profesional.
Kekhawatiran yang muncul, yaitu meningkatnya masalah sosial dan angka kriminalitas akibat imigran asing yang masuk. Maka dari itu, otoritas telah membatasi durasi tinggal dan mencegah anggota keluarga imigran ikut menetap di Jepang.
Situasi yang bisa dikatakan terbalik terjadi di Indonesia. Dimana saat ini Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk sementara persaingan dalam dunia kerja semakin kompetitif.
Beberapa pekerjaan yang mengandalkan tenaga manusia perlahan mulai berkurang seiring kemajuan teknologi. Pekerjaan buruh pabrik, perbankan, mengatur lalu lintas, dan sebagainya perlahan diganti oleh peran robot.
Revolusi industri 4.0 yang dialami saat ini mengharuskan masyarakat melek digital. Sumber daya manusia menjadi tantangan utama bagi Indonesia agar dapat mengimplementasikan teknologi dalam keseharian.
Pemerintah juga dirasa perlu mempersiapkan jaringan pengaman antara masyarakat pekerja dan mesin otomatis agar tidak terjebak dalam berbagai riset tentang meningkatnya angka pengangguran di masa depan.
Penting untuk melatih kembali kinerja manusia dalam memperbarui keterampilan terkhusus di bidang kreativitas serta cara berpikir kritis dan persuasi yang dimana keterampilan ini sebetulnya tidak dimiliki oleh robot.
Teknologi menjadi bagian dalam hidup manusia yang siap membantu tugas keseharian. Kolaborasi antar keduanya mampu mendorong jenis industri dan keterampilan baru.
Bogor, 3 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H