Mohon tunggu...
Naufal Alfarras
Naufal Alfarras Mohon Tunggu... Freelancer - leiden is lijden

Blogger. Jurnalis. Penulis. Pesilat. Upaya dalam menghadapi dinamika global di era digitalisasi serta membawa perubahan melalui tulisan. Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah. "Dinamika Global dalam Menghadapi Era Digitalisasi" Ig: @naufallfarras

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Peluang Destinasi Lokal dari Gelombang Panas Eropa

28 Juni 2019   10:29 Diperbarui: 28 Juni 2019   10:41 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: travelomia.com

Fenomena yang sedang melanda Benua Biru berupa gelombang panas dapat menjadi kesempatan bagi sektor pariwisata berupa menarik turis mancanegara dalam  meningkatkan pendapatan nasional.

Wisatawan yang sedang berada di Italia mengeluh tidak bisa menikmati liburan karena suhu dan cuaca panas yang sedang terjadi. Beberapa wisatawan mengaku tidak mengetahui fenomena gelombang panas ini.

Menurut Accuweather, Spanyol menjadi negara pertama yang akan merasakan dampak gelombang panas. Kemudian menyebar ke Prancis, Jerman, Belgia, Swiss, dan Italia.

Suhu Eropa diperkirakan berkisar 35 sampai 40 derajat celcius. Gelombang panas terjadi karena udara panas dari Benua Afrika menuju ke kawasan Eropa. Fenomena ini diprediksi terjadi hingga awal Juli mendatang.

Gelombang panas disebabkan badai yang melanda Samudra Atlantik dan tekanan udara tinggi di Eropa Tengah dan Timur sehingga menyebabkan perpindahan udara panas dari Gurun Sahara di Afrika.

Bukan kali ini saja, gelombang panas tahun lalu juga melanda Eropa. Dampak berupa korban jiwa terjadi di Spanyol dan Portugis. Selain itu, terjadi kekeringan di Jerman dan Swedia yang merugikan negara setempat.

Dampak gelombang panas yang melanda Eropa saat ini menyebabkan otoritas Prancis memutuskan agar pelaksanaan ujian nasional setingkat sekolah menengah pertama ditunda terlebih dahulu.

Alasannya untuk melindungi peserta ujian dari risiko kesehatan terhadap kondisi sekarang. Ujian akan diselenggarakan saat kondisi suhu dan cuaca mulai normal kembali.

Otoritas Prancis mengimbau agar taman-taman yang tersedia dimanfaatkan sebaik mungkin terutama bagi para tunawisma untuk berteduh. Karena mereka inilah yang kerap kesulitan mengakses tempat berteduh.

Lebih lanjut, solusi lainnya juga dilakukan dalam mengurangi dampak gelombang panas dengan menyiapkan ruang teduh di gedung perkotaan, membuka kolam renang hingga larut malam, dan memasang keran air minum tambahan.

Sebelum itu, gelombang panas terlebih dahulu melanda India yang menyebabkan kerugian berupa korban jiwa dan materiil meski kejadian ini hampir terus terjadi tiap tahunnya.

Fenomena gelombang panas yang kerap menimpa India akibat letak geografis India memiliki tekanan lebih besar daripada di kawasan lainnya. Terjadi pemanasan yang intens pada saat posisi matahari berada di bagian utara Bumi.

Warga India melakukan aksi unjuk rasa sebagai bentuk protes karena pemerintah dianggap gagal menangani kekeringan di beberapa wilayah. Kekeringan dipicu akibat perubahan iklim, gelombang panas, dan perencanaan kota yang buruk.

Walaupun otoritas India telah menyediakan truk pemasok air, terkadang air itu harus dibayar dengan harga tinggi. Beberapa usaha seperti hotel dan restoran harus tutup sementara karena persediaan air yang terbatas.

Kondisi di India hampir sama dengan Indonesia dimana lebih mengandalkan langsung air tanah untuk kebutuhan sehari-hari daripada jaringan saluran pipa. Jika suhu tinggi berkepanjangan berdampak pada kekeringan sumber air.

Korban jiwa berjatuhan dikarenakan kondisi dehidrasi atau kekurangan asupan air didalam tubuh. Menjaga asupan air yang cukup sangat penting dalam situasi dan kondisi saat ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan fenomena gelombang panas yang melanda India dan Benua Eropa tidak bisa terjadi di wilayah Indonesia karena perbedaan pola cuaca.

Meski demikian, BMKG memperingatkan bahwa udara kering yang bersifat dingin menghampiri Indonesia disebabkan musim dingin yang sedang terjadi di Australia sekarang.

Menimbang ulang sebelum mendatangi destinasi wisata mesti dilakukan dengan cermat agar bisa menikmati momen liburan sebaik mungkin dalam meningkatkan produktifitas pasca kembali bekerja.

Fenomena gelombang panas yang sedang melanda Eropa memberikan peluang bisnis di sektor pariwisata dalam negeri. Meningkatkan promosi wisata terutama melalui media elektronik agar menarik wisatawan asing.

Di saat kondisi dan situasi cuaca di Eropa kurang memadai, wisata dalam negeri mampu menjadi pilihan alternatif. Maka, diperlukan peningkatan pelayanan dan infrastruktur pariwisata agar mengundang lebih banyak wisatawan.

Setiap fenomena global dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin jika kita mampu mengamati dari sudut pandang yang berbeda dalam memajukan sektor pariwisata Indonesia.

Bogor, 28 Juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun