KPU telah merilis hasil rekapitulai penghitungan suara dalam Pilpres 2019 pada 21 Mei 2019 lalu dengan paslon nomor urut 01 sebagai pemenang. Kemenangan yang dicapai oleh paslon 01 tidak serta merta langsung menyelesaikan problematika pemilu di Indonesia, melainkan timbul konflik baru pasca pengumuman yang dilakukan oleh KPU ini. Aksi unjuk rasa yang terjadi di Ibukota sejak dua hari yang lalu membawa dampak berupa kerugian finansial maupun korban fisik.
Dalam hal ini, penulis ingin menjelaskan bagaimana dan apa peran masyarakat milenial dalam menyikapi aksi yang sedang berlangsung tersebut dan tentunya sebagai langkah untuk mencegah perpecahan bangsa.Â
Masyarakat milenial yang sangat akrab dengan media sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, dan sebagainya tidak dapat lepas dari media ini walaupun untuk sehari saja.Â
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan serta Menteri Komunikasi dan Informasi sepakat untuk membatasi penggunaan media sosial di Indonesia hingga tanggal 24 Mei 2019 mendatang. Tujuannya adalah untuk meminimalisir penyebaran berita dan informasi hoax di media sosial yang memicu konflik semakin memanas.
Ada yang menganggap keputusan yang dilakukan oleh pemerintah berlebihan dan apa pula yang mengapresiasi  keputusan ini. Bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya di media sosial akan merasa keberatan karena media sosial sebagai media untuk memperoleh pundi-pundi keuangan harus terganggu dengan adanya aksi 22 Mei.Â
Sedangkan yang mengapresiasi menganggap bahwa keputusan yang dilakukan pemerintah sudah tepat untuk mengurangi dampak negatif dari penyebaran -- penyebaran berita hoax terkhusus di media sosial.
Belajar dari Pengalaman Timur Tengah
Lalu, seberapa besar dampak penggunaan media sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? Mari kita berkaca dengan insiden yang terjadi di Timur Tengah, tepatnya peristiwa Arab Spring.
 Arab Spring adalah insiden yang terjadi di negara Timur Tengah berupa revolusi dengan menggulingkan kekuasaan pemerintah yang sedang berkuasa. Masyarakat yang merasa tidak puas dengan rezim menuntut agar rezim tersebut segera dicopot.Â
Tapi apa yang terjadi sekarang? Banyak dari negara -- negara di Timur Tengah yang semula dipimpin oleh rezim otoriter menjadi semakin menderita dengan adanya pergantian rezim.
Pada 20101, Tunisia mengalami revolusi dengan jatuhnya rezim Presiden Ben Ali yang telah berkuasa selama lebih dari 20 tahun. Pergerakan massa yang masif diawali dengan adanya peristiwa bunuh diri yang dilakukan oleh Mohamed Bouazizi dengan membakar diri.Â