Mohon tunggu...
Syahdan Adhyasta
Syahdan Adhyasta Mohon Tunggu... Administrasi - Profil

Hidup ini bagaikan sebuah lautan, dan kitalah nelayan yang sedang mengarunginya.. Sejauh apapun kita melaut, pasti akan ada masa dimana kita harus kembali ke daratan tempat kita berasal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perasaan yang Tidak Bisa Dihapuskan

30 Juni 2020   19:47 Diperbarui: 30 Juni 2020   19:40 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebanyak apapun senja yang terlewati.  Sebanyak apapun matahari tenggelam yang kita amati. 

Ada sesuatu di dunia ini yang tidak bisa dihapuskan begitu saja.

Sekeras apapun kita menghapusnya dengan lap terbaik yang ada di dunia ini, ada perasaan yang akan tetap tinggal dan menetap pada hati kita. 

"Bantu aku mengapusnya." katamu.

Aku melihatmu dan hanya tersenyum tipis mendengar perkataan singkatmu itu.

"Tidak semudah itu.." kataku lembut

"Bahkan jika kau yang sepintar itu takkan mampu bisa membantuku menghapuskannya?"

"Jika bertanya tentang perasaan, akal kadang tidak bisa menjadi ukuran"

Ia tersenyum sinis mendengar jawabanku, "Tidak biasanya pria logis sepertimu mampu berbicara lebar tentang hati."

Aku memeluknya dan mendekapkan kepalanya di atas dada bidangku.

"Setidaknya aku bisa memberimu kenyamanan seperti ini. Meski untuk sementara."

Kami memandang kembali hamparan taman kosong yang ada di depan kami. Membiarkan gemerisik daun kering berlarian ditiup angin dengan riang.

Membiarkan wangi bunga melati merebak wangi di antara sepi.

"Aku tahu kau tidak mencintaiku. Jika suatu saat kau memang ingin pergi, aku akan membiarkanmu lari."

"Apa kau yakin? Pria keras hati sepertimu pun aku yakini bisa menangis ketika wanitanya pergi."

Aku menggeleng pelan dan membiarkan angin sekali lagi menjawab pertanyaannya.

***

Aku kembali membawa seikat melati.

Meletakkannya di dekatmu dan mencium batu pusaramu seolah itu adalah pipi manis yang sering kukecup.

Di dunia ini ada perasaan yang tidak bisa dihapuskan

Ada perasaan yang lebih baik tetap ada

Meskipun kita semua tahu,

semuanya akan menjadi debu pada akhirnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun