Dia sebagai seorang wanita menganggap dirinya selalu benar dan akulah, lelaki yang selalu salah.Â
Tak ada yang baik dari diriku.
Keesokan harinya, aku segera mengajaknya untuk bercerai. Tentu, Papa dan Mama menentang keras kemauanku itu. Tapi, keputusanku tidak dapat diubah lagi...Â
Aku tidak sanggup melihat wajah RIndang lagi. Kebencian dan kekecewaanku kepadanya sudah memuncak adanya.
.
Berakhir sudah rumah tangga kami yang belum genap setahun itu. Aku bersyukur bahwa kami belum dikaruniai seorang anak, sehingga tidak perlu ada yang menjadi korban keretakan rumah tangga kami.
***
Beberapa bulan setelah kejadian itu...
Pagi itu aku melihat wajah Bang Bro, rekan kerjaku, terlihat agak lelah. Kantung matanya menggantung tebal, membiru dibawah kelopaknya.Â
"Begadang bang?" tanyaku
"Iya nih Kres.."
"Kenapa? Nonton bola? Emang ada pertandingan klub mana?"