Dosa Ibunda
Nak... semua yang kau alami bukan salahmu...
Semua adalah kesalahan ibu.
Maafkan Ibu, Nak.
Maaf...
Meski ribuan kali telah terucap, meski setiap pagi kata itu kubisikkan dan meski mungkin kau tak mengerti.
Ibu benar-benar minta maaf atas semuanya.
***
Pertama kali, ibu melihatmu... pertama kali, ibu memegang tubuhmu, rasanya bulu kuduk ibu berdiri sempurna. Ibu tak pernah merasakan perasaan seluar biasa itu... bisa melihat sosok kecil yang bergantung dalam perut ibu selama sembilan bulan itu. Sebuah sosok mungil yang tak berdaya yang menggantungkan hidupnya padaku. Dan sejak saat kau hadir di dunia ini, tidak ada lagi istilah 'diriku', tapi kata itu kini berubah menjadi 'anakku'. Hidup ibu seolah menjadi nomor sekian jika dibandingkan hidupmu, Nak, meski kau tak pernah mengetahui itu.
Pun... semenjak dokter menyatakan bahwa kau akan tumbuh berbeda dengan anak kebanyakan. Ibu tetap berusaha tegar dan meyakinkan diri bahwa pernyataan dokter itu salah, dan anakku akan baik-baik saja. Meski ayahmu sendiri meragukanmu untuk bisa tumbuh dengan baik, Ibu akan tetap ada dan mempercayai bahwa kau akan tumbuh dengan baik kelak, meski tanpa kami yang mendampingi.
Entah sudah berapa kali pukulan atau gigitan yang telah kau berikan kepada Ibu. Meronta dan marah entah untuk hal apa yang ibu tak pernah mengetahuinya. Dunia di pikiranmu memang berbeda dengan dunia yang ada di dalam pikiran Ibu. Tapi, ibu akan selalu mencoba dan terus mencoba agar dunia yang kita pandang akan sama, setidaknya aku bisa mengerti apa yang kau keluhkan selama ini dan kau juga mampu mengerti sedikit dari keinginan Ibu. Ya... ibu akan terus mencoba dan mencoba meski dunia meragukannya.
***
Cibiran dan hinaan orang sudah bukan menjadi barang baru bagi Ibu. Hampir setiap hari ada saja orang yang mulutnya nakal dan menggunjingkan tentang kemalangan atau ketidakberuntungan orang lain, sekedar untuk menghibur diri mereka sendiri bahwa ada orang yang lebih tidak beruntung dibandingkan dirinya. Tatapan sinis dan tatapan takut saat melihatmu sudah menjadi hal yang biasa. Ingin rasanya Ibu berteriak, 'Änakku bukan monster yang harus kalian takuti. Dia sama seperti anak-anak kalian.' Tapi itu tak akan Ibu lakukan karena itu tidak akan mengubah apa-apa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H