Mohon tunggu...
Syahdan Adhyasta
Syahdan Adhyasta Mohon Tunggu... Administrasi - Profil

Hidup ini bagaikan sebuah lautan, dan kitalah nelayan yang sedang mengarunginya.. Sejauh apapun kita melaut, pasti akan ada masa dimana kita harus kembali ke daratan tempat kita berasal.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ah, Sore yang Indah

18 Februari 2016   21:56 Diperbarui: 18 Februari 2016   22:19 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak bisalah kebersamaan kita dikatakan romantis. 

Di dalam penuh sesak kereta. 

Di tengah hingar bingar manusia.

Kau memegang tanganku erat.

Takut jatuh akibat hentaman keras dari kereta.

 

Kita berdiri

Sama-sama memandang jendela

Sesekali kau menyandarkan kepalamu di lenganku

Kemudian kau berbisik pelan, yang kadang aku tak tahu itu apa

Aku balas dengan senyuman. 

 

Kedua pandangan kita lalu bertemu

Jauh menatap apa yang nampak pada guratan wajah

Jauh menatap apa yang ada dalam cokelat mata kita

 

Satu jam berdiri di kereta.

Setiap pagi. Setiap sore.

"Kamu lelah?"

Kau menatapku. Tersenyum seperti anak kecil yang kukenal belasan tahun silam, lalu menggeleng.

 

Kemudian menitipkan kembali kepalamu di bahuku.

Menatap senja di balik jendela

Tersembunyi, tersamar dalam gedung-gedung menjangkau langit.

 

"Itu jingga."

Celoteh polos yang tak pernah berubah

Aku membalas dengan guyonan

"Itu burung gereja"

 

Kau tertawa, entah itu untuk apa.

 

Satu jam kita berdiri

Menuju tempat pembaringan kita malam ini

Gubuk kecil yang kita susun dari keringat sendiri

 

Pintu terbuka

Ratusan orang berkerumun mengerucut menuju pintu keluar

 

Kau mengikutiku dari belakang.

Memegang jaket hitamku dari belakang.

 

Tapi sayang, hujan. 

"Hujan." celotehmu dengan nada sendu

Aku menimpali dengan nada ceria

"HUJAN!"

 

Kau kembali tertawa

Entah itu untuk apa

 

Kuambil motor dan jas hujan

Kau menunggu

 

"Ini..."

Kita memakai jas hujan berkepala dua

Menerobos hujan dalam dinginnya sore ini

 

Dalam hujan, kita merasakan kehangatan

Kau memelukku sepanjang perjalanan

Ya.. dengan pelukan erat

dan hangat

 

Di depan pintu rumah kau berlari-lari

Menyambut malaikat kecil yang menunggu kita sejak kecil tadi

Bersamaan mereka memanggilku,

"Ayaaah"

 

Aku tersenyum

Menikmati ritual penyambutan mereka

 

Ah... sore yang indah

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun