Bagaimana dampaknya?
Penulis kutip sedikit tentang beberapa sumber, bahwa "jikalaupun mau, aku dapat merubah segala hal menjadi baik dan indah tanpa menunggu lama. Namun bukan itu, agar mereka berlomba-lomba dalam kebaikan". Setidaknya seperti itu apa yang pernah penulis dengar dan simak.
Bagaimana menurut pembaca? Apakah telah menemukan jawaban dari salah satu dampaknya?
Artinya, seseorang yang lebih memprioritaskan pribadinya dan tidak menghiraukan orang lain berarti ia lebih memilih menyiksa diri sendiri. Disisi lain daya spiritual yang rendah hanya dapat berkomentar keras tanpa memberikan upaya-upaya yang dapat di pecahkan.
Lantas bagaimana?
Bersahabat dengan segala hal.
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut agar selalu mendahulukan orang lain ketimbang diri sendiri. Meskipun, dalam posisi tersebut kita merasa di rugikan atau semacamnya. Karena dengan begitu kita sendiri yang bakal menikmati hasil dari jerih payah apa yang kita tanam.Â
Satu contoh jika kita tidak terbiasa dan menerima keadaan yang telah digariskan, kita sendiri yang bakal kewalahan. Mengapa demikian? Karena kita enggan untuk bersahabat dengan takdir yang telah di tentukan. Dampaknya yakni hilangnya sikap syukur dan kebaktian kita terhadap Tuhan.
Dalam kasus yang lain, terkadang kita dipertemukan dengan lingkungan dan masyarakat yang memiliki kebiasaan kurang baik di hadapan kita. Pada posisi tersebut, tentu bukan lagi suara yang bergelut melainkan pikiran, hati dan segala hal dari kita bakal berontak. Namun, apakah kita bakal memaksakan kehendak kita agar kelompok tersebut berubah dan bertindak baik? Itupun tidak mungkin dilakukan karena adanya pertimbangan. Lantas bagaimana?
Gunakan dan maksimalkan ruang pemberdayaan masyarakat dan diisi dengan kegiatan yang baik seperti kajian atau musyawarah bersama dalam meningkatkan lingkungan. Bukan dengan cara yang membuat kelompok lain merasa kesal ataupun terganggu hanya karena kita.
Jadi?