[caption caption="s1.ibtimes.com"][/caption]
Sepuluh tahunan yang lalu, saya belajar mengenai compounding interest. Betapa sistem ini dapat membantu perencanaan keuangan masyarakat banyak. Tidak semua orang mampu berinvestasi dengan canggih. Namun minimal dengan produk tabungan, yang bunganya lumayan, otomatis ditambah setiap tahunnya, dan dilakukan dalam jangka waktu yang panjang, mampu digunakan sebagai jaminan dana pensiun yang cukup. Jadi ketika pensiun dan tidak bekerja lagi, punya tabungan yang memadai. Karena disatu sisi, sebuah hasil survei yang saya baca mengatakan bahwa 70% eksekutif ketika pensiun, mereka  menjadi miskin atau bangkrut.
Atas dasar itu, saya membuat produk tabungan dengan nama SIKAYA, simpanan pensiun sejahtera. Saya sendiri membuka 5 rekening SIKAYA, atas nama saya, istri dan 3 anak. Yang buat anak, rencananya akan saya serahkan ketika mereka nanti berusia 21 tahun, untuk dilanjutkan sendiri oleh mereka.
Setoran bulanannya masing-masing Rp. 500 ribu, dipotong dari gaji bulanan saya setiap bulannya. Hal ini saya lakukan dari tahun 2003. Beberapa tahun kemudian saya naikkan setoran masing-masing tabungan menjadi Rp. 1 juta. Dan kurang lebih 5 tahun yang lalu, saya naikkan kembali menjadi Rp. 2 juta per bulan di masing-masing rekening.
Tapi sayangnya, produk ini tidak laku. Terlalu lama jangka waktunya, orang tidak tertarik.
Saya mengalah kepada pasar, tabungan SIKAYA yang desainnya buat dana pensiun kemudian saya ganti, dengan memberikan hadiah langsung di depan. Dan produk ini laku!
Berubahlah SIKAYA yang bunganya tinggi, menjadi tabungan berhadiah langsung.
Akhir tahun 2014 kemarin, saya ngecek saldo SIKAYA. Saldo akhirnya lumayan mengejutkan, sekitar Rp. 1,4 Milyar totalnya. Hmm... not bad, mengingat itu diakumulasikan dari uang jajan yang kalau tidak disisihkan, pasti habis dibelanjakan.
[caption caption="BPR Lestari.com"]
Pada dasarnya, untuk bisa berhasil menabung SIKAYA, ada 4 hal yang perlu diperhatikan:
Pertama, suku bunga yang 'memadai'.