Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kegilaan Zaman Edan

6 November 2023   20:00 Diperbarui: 6 November 2023   20:02 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di edisi terbitan No. 28, September -- Oktober 2003, majalah Basis mengangkat judul "Zaman Edan -- Bersatu Padu Memilih Yang Keliru". Salah satu artikel yang sangat menarik berjudul "Zaman Edan: Manuke-Manuke Cucak Rowo" yang ditulis budayawan Sindhunata.

Dituliskan, salah satu ciri zaman edan yakni, apa yang dilarang boleh dilanggar. Apa yang dianggap tabu itu pun dijadikan lucu-lucuan. Dan yang paling menonjol dari politik zaman edan adalah absurditas dan kelucuan. Agar lucu, politik pun perlu jadi lucu.

Dalam krisis macam ini mayoritas masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap kaum elite yang diharapkan memberikan teladan, dan krisis itu bisa memuncak dengan ditariknya dukungan terhadap elite tersebut.

Ciri manusia zaman edan adalah tiadanya kesediaan untuk mengambil tanggung jawab di atas bahu pribadi. Maka dalam zaman edan, manusia, lebih-lebih mereka yang bertanggung jawab, dengan mudah menyalahkan hal atau orang luar sebagai penyebab terjadinya krisis sosial.

Kecuali krisis keteladanan dan tanggungjawab, di zaman edan juga terjadi krisis pendirian. Manusia tak lagi mempunyai pendirian pribadi. Semua anggota masyarakat hanya saling ikut-ikutan. Itu pun hanya supaya mereka tidak ketinggalan dalam berebut harta dan materi.

Tanda-tanda amenangi zaman edan ini juga ditandai dengan tiada lagi satunya kata dan perbuatan. Di mana ada banyak elit politik dan pimpinan masyarakat yang hidup dari kebohongan. Dan menjadi bahasa politik adalah bahasa kebohongan, bahasa kepura-puraan, dianggap sebagai hal yang biasa.

Maka dengan mudah elit politik berbohong dan membohongi rakyat. Meski tahu bahwa berbohong, toh mereka terus berbohong, dan rakyat pun tak acuh saja terhadap kebohongan itu. Kita melakukan itu apa yang disebut dengan white lies, kebohongan-kebohongan yang putih. Maksudnya, kebohongan itu sungguh kebohongan, tapi boleh kita lakukan dan kita terima semua, seakan hal ini tidak bersalah.

Jika politik penuh dengan white lies, lama-lama politik itu akan rapuh dengan sendirinya. Itulah sesungguhnya terjadi di zaman edan, politik menjadi rapuh karena tidak lagi dilandasi dengan kejujuran dan kebenaran.

Pada fase zaman edan ini panggung politik pun dipenuhi kebohongan, kepura-puraan, pencitraan dan kemunafikan, sehingga elit politik kehilangan kredibilitasnya di mata rakyat lantaran telah dianggap banyak melakukan kebohongan publik.

Semua itu akan berdampak terhadap delegitimasi, yaitu memudarnya kepercayaan rakyat terhadap elit politik, sehingga yang terjadi adalah public distrust.

Kegilaan Zaman Edan

Marilah kita berpolitik dengan tetap mengedepankan nilai-nilai moralitas, etika dan estetika?

Alex Palit, jurnalis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun