Di bab tersebut dituliskan, berhati-hatilah dalam mengucapkan kata-kata di hadapan masyarakat. Orang lain akan ingat dan akan menuntut segala ucapanmu. Kepercayaan adalah modal utama seorang pemimpin. Jika seorang pemimpin tidak lagi dipercaya, maka ia tidak lagi memiliki kemampuan untuk memimpin. Tulis Prabowo.
Untuk dapat dipercaya, seorang pemimpin tidak boleh bohong atau suka berbohong. Apa yang diucapkan harus sesuai dengan apa yang dilakukan. Satunya kata dengan perbuatan. Ucapan pemimpin harus bisa dipegang. Jangan jam dua bilang "tahu" jam empat bilang "tempe". Jangan bilang "tidak" ternyata "iya". Lanjut Prabowo.
Dikatakan, kredibilitas seorang pemimpin akan dilihat dari ucapannya. Karena ucapan seorang pemimpin adalah sabdo pandito ratu tak kena wola wali. Mengartikan bahwa seorang pemimpin yang dipegang adalah omongannya, termasuk konsistensinya dalam memegang teguh ucapannya, satunya kata dengan perbuatan, ora mencla-mencle, isuk tempe sore kedele.
Pasalnya di sini kewibawaan seorang pemimpin dipertaruhkan. Karena dari sini pula kadar kualitas kepemimpinan seorang pemimpin dinilai dan dipertaruhkan di mata rakyat. Bukan pencitraan.
     Â
Alex Palit, jurnalis, penulis buku "Ngaji Filsafat Kepemimpinan Prabowo Notonegoro".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI