Bagaimana kalian memperadilkan saya lantaran kalian tidak tahan mendengar pendapat saya yang tidak populer di mata kaum sofis.
Kelugasan saya dalam berbicara membuat mereka membenci saya, dan kebencian mereka itu tidak lain adalah bukti bahwa saya berbicara tentang kebenaran.
Di sini Socrates berhadapan dengan ketiga pendakwanya yaitu Meletus, Anytos dan Lycon. Ketiga pendakwanya ini mewakili elit kelompok sosial yang berpengaruh di Athena pada saat itu. Meletus mewakili penyair, Anythos mewakili seniman dan negarawan, dan Lycon mewakili musuh besar Socrates yakni kaum sofis.
Sokrates sadar bahwa peradilan yang didakwakan atas dirinya hanyalah kedok politis untuk menyingkirkan dirinya.
Saya Tak Akan Berhenti Jadi Pengkritik
Pastinya kita tidak bisa menyandingkan dan membandingkan peradilan RG ini dengan peradilan Sokrates yang terjadi 339 SM.
Tapi sulit untuk menyangkal, bahwa gugatan peradilan yang didakwakan terhadap RG juga hanyalah kedok politis untuk menyingkirkan dirinya. Seperti diungkap Sokrates, ada yang tidak tahan mendengar pendapatnya yang tidak populer di mata "power point" dan kaum sofis.
Sebagai pengamat politik, RG memang dikenal dengan kritik-kritiknya yang tajam dalam menyikapi kebijakan pemerintah yang dinilainya tidak pro rakyat.
Bahkan RG yang mendapat julukan "Presiden Akal Sehat", sempat berujar, "Saya tak akan berhenti jadi pengkritik". Â
Dalam alam demokratis, kritik tak lain bagian dari kebebasan berbicara dan mengungkapkan pendapat yang dilindungi sebagai bagian dari hak asasi manusia. Di mana kebebasan berbicara itu sendiri inheren dalam hidup manusia.
Apa jadinya bila di alam demokratis kebebasan berbicara dan mengungkapkan pendapat yang dijamin undang-undang dasar kemudian secara serta merta ditanggapi dengan kriminalisasi.