Begitu Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan batas usia dari 40 turun jadi 35 tahun untuk capres-cawapres yang dilayangkan kader Partai Gerindra, siapa sekiranya berpotensi sebagai cawapres pendamping Prabowo. Itu pertanyaan besarnya?
Memang sempat viral muncul nama Wali Kota Solo Gibran Rakabuming, kader PDI-Perjuangan, putra Presiden Jokowi, yang kini berusia 35 tahun, digadang-gadang bakal menjadi cawapres pendamping capres Prabowo Subianto di gelaran kontestasi Pilpres 2024.
Di sini saya tidak ingin a priori bahwa batasan usia 35 itu hanya merujuk pada satu nama tertentu, sebut saja Gibran Rakabumi. Bukan tidak mungkin ada nama-nama potensial lainnya yang juga layak dipertimbangkan dan dimunculkan sebagai cawapres pendamping Prabowo, yang usianya unda-undi sepantaran Gibran.
Saya pun diingatkan pada selebritas Raffi Ahmad sempat bertemu Prabowo di kantor Kementerian Pertahanan RI, belum lama ini (1/8).
Saya tidak tahu, apakah pertemuan ini sekadar kunjungan silaturahmi, temu kangen. Atau kunjungan ini secara implisit bentuk dukungan pencapresan Prabowo. Karena saya yakin seyakin-yakin kunjungan Raffi tidak terkait pembicaraan alustista. Kunjungan Raffi di kantor Kemenhan ini sempat menjadi viral, mendapat ragam apresiasi dan respon.
Sebagai pesohor dan selebritas pemilik Rans Entertaiment, pastinya publik tahu bahkan mengenal betul kiprah apa dan siapa Raffi Ahmad di dunia hiburan dan olahraga, Â anak muda kelahira Bandung, 17 Februari 1987, yang usianya satu tahun lebih tua dari Gibran.
Saya pun beranggapan, sebagai anak muda yang memiliki talenta dengan segudang prestasinya pastinya juga layak dipertimbangkan pula menjadi salah satu kandidat bakal cawapres pendamping Prabowo di Pilpres 2024. Sebagai alternatif.
Di sini saya hanya menyandingkan, tidak bermaksud membanding-bandingkan atau mempertandingkan antara Gibran Rakabumi dan Raffi Ahmad. Karena saya nilai kedua anak muda ini masing-masing memiliki talenta, potensi dan prestasi dengan kelebihannya masing-masing.
Saya tidak kenal dengan keduanya. Saya juga tidak mengikuti secara intens kiprah panggung mereka di bidangnya dengan segala prestasinya, tapi saya yakin seyakin-yakin keduanya adalah anak muda kapasitas luar biasa di bidangnya masing-masing.
Terus terang, di sini saya tidak ingin cawe-cawe. Karena menurut saya, kata cawe-cawe itu berkonotasi negatif. Di sini saya hanya menyandingkan, tidak membanding-banding, tidak pula menandingkan kedua anak muda ini.
Biarlah nanti selanjutnya para surveyor dari lembaga survei atau survei internal partai melakukan polling, siapa di antara kedua anak muda ini memiliki elektabilitas atau memiliki efek elektoral yang lebih moncer, sebagai cawapres mendamping Prabowo.
Sekali lagi, di sini saya cawe-cawe atau mengendorse salah satu diantaranya. Semua itu pada akhirnya dikembalikan kepada Prabowo sebagai capres untuk menimbang dan menentukan menjatuhkan pilihannya ke Gibran Rakabumi atau Raffi Ahmad sebagai cawapresnya di gelaran kontestasi Pilpres 2024.
Dalam politik tak ada yang tak ada, segala kemungkinan bisa terjadi. Jadi ojo kesusu, ojo grusa-grusu. Satu lagi, yang tak penting penting ojo keblusuk!
Alex Palit, jurnalis Aliansi Pewarta Independen "Selamatkan Indonesia", penulis buku "2024 Kenapa Harus Prabowo Subianto Notonegoro"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H