Pengalaman adalah guru terbaik, begitu kata guru bijak. Dari pengalaman mengajarkan banyak hal yang bisa dipetik daripadanya, untuk tidak terjebak lagi terjungkal pada lubang yang sama. Untuk tidak lagi dipecundangi oleh oportunisme "kacang lupa kulitnya" atau manuver petualang politik atau mereka para pengaku barisan relawan politik yang kemudian menumpang menyusup menumpang dalam gerbong kereta demi kepentingan pragmatis.
Sebagai penunggang kuda yang jauh-jauh hari sudah mendapat amanah deklaratif oleh partainya yaitu Gerindra diusung maju sebagai capres di Pilpres 2024, pastinya Prabowo paham bahwa dirinya bukan kuda tunggangan, ditunggangi oleh petualang politik demi kepentingan politik pragmatis "ada udang di balik batu" yang tersembunyi di dalamnya.
Di sini saya teringat pada nasehat jenderal ahli strategi perang Sun Tzu dalam bukunya "The Art of War": Anda adalah 'jenderal tertinggi' bagi kehidupan -- medan pertempuran -- Anda. Kalau Anda tidak memiliki kapasitas diri yang kuat, maka roda kehidupan Anda tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.
Kita bisa saling menunggang kuda, tetapi bukan berarti jadi kuda tunggangan.
Alex Palit, jurnalis, penulis buku "2024 Kenapa Harus Prabowo Subianto Notonegoro"
