Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

In Memoriam, Selamat Ultah Mas Franky Sahilatua, Damai Bersama-Nya (1)

16 Agustus 2021   10:30 Diperbarui: 16 Agustus 2021   10:44 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak kuasa menahan, akhirnya air mata menetes membasahi pipi, selamat ulang tahun mas Franky, damai bersamaNya.

Almarhum adalah sosok yang begitu spesial buat saya. Ia bukan saja sumber berita, sudah seperti kakak yang banyak memberi ruang buatku beraktualisasi sebagai jurnalis, foto jepretanku dengan kamera Nikon FM2, diminta untuk jadi kover album Perahu Retak, Anak Emas, Menangis, juga Cendera Mata (Andy Liany).

Almarhum juga memberi kepercayaan menyusun memilih urutan lagu di album Perahu Retak, Orang Pinggiran, Menangis, juga The Best Franky & Jane.

Sebagai seniman musik, mas Franky punya pergaulan luas dengan orang partai politik,dan sempat memasukkan namaku di DPP PAN  kala itu dipimpin Ketua Umum Soetrisno Bachir.

Suatu hari, saya, Franky dan Teguh Esha, bertemu dalam sebuah obrolan untuk bikin buku mas Franky. "Hanya kamu Lex yang bisa nulis Franky, karena kamu tahu jeroannya Franky" celetuk penulis novel "Ali Topan Anak Jalanan".

Keinginan menulis buku ini langsung ambyar, begitu dengar duka meninggalnya mas Franky. Kedukaan yang begitu mendalam membuat saya tidak sanggup lagi, karena saya tidak ingin air mata senantiasa saat mengenangnya.

Dan hari ini, 16 Agustus 2021, bertepatan ulang tahunnya ke 68, saya  dikenangkan kembali sepenggal kisah bersamanya, yang ingin saya tuliskan kembali sebagai in memoriam Franky Sahilatua.

Anak Zaman

Dalam kiprahnya di jagad musik Indonesia, penyanyi kelahiran Surabaya, 16 Agustus 1953, bernama lengkap Franklin Hubert Sahilatua ini memang sudah terbilang melegenda di panggung musik pop lewat sejumlah karya berirama balada country yang sudah tidak asing lagi, seperti Bis Kota, Musim Bunga, Perjalanan, Lelaki dan Rembulan, dan Kemesraan, memang punya daya tarik tersendiri untuk dikenang.

Mengawali kariernya sebagai pemusik dimulai tahun 1973, dari hobbynya nonton film western yang diselingi musik ilustrsi lagu-lagu cowboy, itulah yang menggugah hatinya untuk dapat memainkan musik yang berirama country.

Karena, menurutnya, musik country mampu menyediakan keleluasaan untuk menampung kegelisahan sosial si pemusik lewat tema-tema liriknya. "Buat saya musik country tak lagi cuma warna atau jenis musik. Lebih dari itu: sudah merupakan semangat," ungkapnya. Bagi Franky musik adalah medium bahasa yang pada akhirnya menghasilan suatu kepribadian.

Sebagai penyanyi balada country banyak mengangkat tema sosial, lingkungan dan kehidupan dalam lirik lagunya. Apa yang ia nyanyikan adalah potret kehidupan yang diungkapkannya dalam bahasa lagu.

Dari album Perahu Retak, atau di lagu ciptaannya seperti Orang Pinggiran, Menangis dan Di Bawah Tiang Bendera (liriknya ditulis Iwan Fals), Pancasila Rumah Kita, serta Aku Mau Presiden Baru adalah bagian dari refleksi kegelisahan sosok penyanyi balada Franky Sahilatua dalam menyikapi kondisi negeri ini.

Sebagai penyanyi yang lagu-lagunya banyak menyuarakan kritik sosial, Franky mengaku tidak ingin hanya sekadar menjadi penyanyi balada etalase. Sebutan balada etalase itu ia gunakan untuk menyebut penyanyi yang hanya sekadar menyanyi tanpa berbuat nyata bagi orang yang disebut-sebut dalam nyanyian baladanya.

"Saya harus turun ke lumpur. Kalau saya turun ke jalan, itulah balada yang sesungguhnya. It's the real ballad. Saya tak ingin jadi penyanyi balada etalase," ujar Franky yang kini mengaku lebih pas disebut sebagai penyanyi kebangsaan.

Di samping menyanyi, Franky aktif dalam berbagai kegiatan gerakan kebangsaan, sampai-sampai ikutan turun ke jalanan jadi demonstran. Termasuk menjadi gerakan pro demokrasi untuk kebebasan beragama bergabung bersama aktivis dan tokoh-tokoh lintas agama.

Tak heran bila dalam berbagai kesempatan Franky tak selalu menyenandungkan lagu Di Bawah Tiang Bendera dan Pancasila Rumah Kita, ciptaannya. "Di lagu Pancasila Rumah Kita, saya sangat terinspirasi oleh WR Supratman dengan lagu Indonesia Raya-nya.

Menurutnya, bagaimana semangat kebangsaan dibangun melalui lagu dengan memberi fantasi rakyat bahwa di depan ada bangsa, negara, pemerintahan dan kedaulatan," katanya tentang lagu Pancasila Rumah Kita. Di sini Franky ingin menggugah kembali rasa semangat kebangsaan kita semua lewat sentuhan musik bahwa Pancasila rumah kita.

Seniman Pejuang Kemanusiaan

Keterlibatannya sebagai aktivis pergerakan pro demokrasi,mengantarnya bersahabat dekat dengan dengan tokoh politik nasional seperti Gus Dur, Megawati Soekarno Putri, Amien Rais, dan Surya Paloh. Bahkan ia sempat ditawari jadi caleg PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN), tapi ditolaknya. Ia lebih memilih tetap menjadi penyanyi, menjadi seniman pejuang kemanusiaan.  

Kepergian penyanyi dan pencipta lagu Franky Sahilatua yang meninggal dunia pada 20 April 2011 akibat penyakit yang dideritanya bukan hanya menjadi duka mendalam bagi insan musik Indonesia, tapi juga menjadi duka bagi negeri ini, karena kita telah kehilangan seniman musik yang juga pejuang kemanusiaan.

Sebagaimana dinyatakan oleh budayawan Romo Mudji Sutrisno, saat memberi sambutan doa mewakili kerabat dari lintas agama, yang menyebutkan sahabat Franky Sahilatua bukan  sekedar penyanyi yang lagu-lagunya sarat dengan kritik sosial, tapi juga sebagai seniman pejuang kemanusiaan.

Selamat ulang tahun mas Franky, damai bersamaNya. Karya-karyamu tetap hidup dan selalu kukenang. Kemesraan ini jangan pernah berlalu.

Alex Palit, citizen jurnalis, pernah bekerja sebagai wartawan harian Surya (Surabaya), Persda Kompas -- Gramedia dan Tabloid musik ROCK.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun