Namun dungu bukanlah kondisi permanen. Orang isa berubah asalkan memiliki kemauan. Langkah awal adalah dengan mengubah pola pikir secara logic dan kritis. Masalahnya adalah maukah kita keluar dari kedunguan itu?
Dalam kajian hermeneutika, "kata" itu sendiri tafsir teks bisa disimbolkan berupa perlambang, bahasa tanda atau semiotik. Tinggal bagaimana menginterpretasikan secara kontekstual, termasuk permaian "teks" sebagai bahasa tanda atau semiotik yang sering dimainkan oleh RG.
Dalam hal ini RG adalah sosok yang sangat jago memainkan silogisme. Dengan gaya bahasa silogismenya, ia akan mengunci penyimpulan baik induktif maupun deduktif. Â Â
Kemampuan memainkan silogisme ini yang selalu ia mainkan, termasuk manakala berdebat dengan Ngabalin selalu dijawab sebagai kesesatan berpikir, berpikir sesat. Entah, apakah jawaban ini dikarenakan ketidakmampuannya menjungkirbalikkan logika dialektik silogisme RG.
Sebagaimana kalau membaca dialognya Socrates yang ditulis Platon, di mana kebenaran itu diperdebatkan secara radikalis ke akar-akarnyanya secara dialektika. Walau kebenaran itu tetap multitafsir, terus bergulir, dan tidak pernah purna. Â Â
Lontaran ucapan atau celoteh RG memang ngeri-ngeri sedap, ada yang manggut-manggut terpukau tetapi ada dibuat kupingnya merah, bahkan ada yang dibuat emosional atau marah olehnya.
Itulah RG, jadi gak usah baper, enjoy aja. Justru bagaimana menjadikan pembelajaran bersikap dan berpikir lebih jernih, logic dan kritis, apakah yang disampaikan dan dilontartan "Homo Ludens -- Rocky Gerung" adalah fiktif, fiksi atau fakta. Tapi setidaknya di sini RG mengajak pada apa yang namanya: berpikir dengan akal sehat. Semoga!
Alex Palit, citizen jurnalis, penulis buku "Rock Humanisme -- God Bless", "God Bless -- Aku Bersaksi", "Sejarah Festival Rock se-Indonesia -- Log Zhelebour", "Nada-Nada Radikal Musik Indonesia", dan "Ngaji Deling -- Ratu Adil 2021 / 2024".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI