Maaf, tulisannya lumayan panjang! Kali pertama saya ucapkan selamat atas diangkatnya Abdee Negara -- gitaris grup band rock Slank sebagai komisaris independen Telkom. Terlepas dari layak tidaknya kapabilitas yang bersangkutan atas jabatan tersebut, saya tidak ingin mengomentari. Di sini saya hanya diingatkan pada sebuah adagium: there is no free lunch alias tak ada makan siang gratis.Â
Kalau kita telusuri dari jejak digital Abdee ini memang telah memberi kontribusi sebagai konseptor dalam menggalang insan musik di gelaran "Salam 2 Jari -- Revolusi Mental" bagi pemenangan Jokowi di Pilpres 2014.
Saya tidak tahu, adakah gitaris Slank ini juga konseptor behind the scene di gelaran "Konser Putih Bersatu" di kampanye akbar Jokowi di Pilpres 2019, di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan - Jakarta, 13 April 2019, yang diikuti tak kurang dari 500 penyanyi dan musisi.
Begitupun saya tidak tahu adakah gitaris Slank ini juga konseptor behind the scene di  konser "Musik Untuk Negeri" di Bumi Perkemahan -- Cibubur, 18 -- 20 Oktober 2019, yang antara lain diikuti Slank, dan  God Bless.
Malah sempat terpikir, selain Abdee dari Slank. Berikutnya, adakah yang lain di antara penyanyi atau musisi lainnya di luar Slank yang juga mendapat hadiah sebagai komisaris di BUMN. Mengingat pastinya bukan hanya Abdee dan Slank yang berkeringat-keringat menjadi relawan bagi pemenangan Jokowi di Pilpres.
Saya pun teringat pada God Bless. Sepengetahuan, grup rock legendaris ini menjadi pendukung potensial Jokowi. Tak ubahnya Slank. Bahkan saat God Bless menggelar live streaming di konser "Untukmu Indonesiaku", Presiden Jokowi mengapresiasinya dengan menyampaikan sambutan atas peluncuran single tersebut.
Kenapa hanya saya sebut Slank dan God Bless saja, tanpa bermaksud mengurangi apresiasi saya terhadap grup rock lainnya. Ada sinyalemen bahwa kedua grup band rock secara secara politis dinilai paling potensial jadi magnet dalam hal pengumpulan massa sebagai vote getter untuk meraup suara mengambang (floating mass).Â
Erick Thohir dan 2024
Seperti disebutkan di adagium tak ada makan siang yang gratis. Secara politis, adalah wajar bila kemudian Menteri BUMN Erick Thohir, sebagai pembantu Presiden Jokowi, menyematkan hadiah sebagai komisaris di Telkom, sebagai balas budi atas jasanya di pilpres.
Adakah keterpilihan Abdee Slank sebagai komisaris di BUMN, secara politis di sini memperlihatkan adanya konsesi sebagaimana adagium "tak ada makan siang yang gratis". Entahlah, apakah konsesi "tak makan siang yang gratis" ini juga akan disematkan pada  "Abdee" lainnya menyusul diangkat jadi komisaris BUMN sebagai politik balas budi.
Atau, adakah diangkatnya Abdee Slank sebagai langkah politis Erick Thohir untuk menuju 2024. Meski pilpres masih 3 tahun lagi, tapi setidaknya sudah harus diantisipasi jauh-jauh hari oleh ketua pemenangan Jokowi -- Ma'ruf  di Pilpres 2019, dengan menyiapkan orang-orangnya dipasang di segala penjuru lini, termasuk di BUMN, sebagai tim suksesnya. Termasuk salah satunya dengan diangkatnya Abdee Slank sebagai komisaris Telkom, sekaligus untuk mempersiapkan konten pencitraan Menteri BUMN menuju 2024.