Setiap lembaga pendidikan atau pelatihan tentu mempunyai peraturan yang harus ditegakan tanpa terkecuali. Namun peraturan itu juga harus disikapi dengan sangat bijaksana dan hati -hati dalam penerapannya. Hal-hal diluar perhitungan bisa saja terjadi bilamana tidak mempertimbangkan faktor faktor resiko dari penerapan aturan aturan itu. Banyak sudah bukti dari penerapan aturan yang ketat dan keras yang berujung pada masalah yang harus dihadapi oleh lembaga pendidikan di negeri ini.
Sebut saja yang pernah terjadi di IPDN dimana kerasnya disiplin, yang mungkin kebablasan, sehingga merenggut nyawa siswa IPDN. Juga ketika terjadi kematian saat ospek mahasiswa di suatu perguruan tinggi.
Baru-baru ini juga berbagai kejadian menimpa dunia pendidikan di daerah saya. Dimana maksud dari guru ( sekolah) untuk menerapkan disiplin dan ternyata berbuah malapetaka. Malapetaka ini bisa karena perbuatan siswa yang mempermalukan dunia pendidikan dan keluarganya atau sekolah mendapatkan reaksi dari masyarakat.
tersebutlah seorang kepala sekolah yang sangat disiplin dan penuh kreatifitas dalam memajukan sekolah dimana dia dipercaya untuk memimpin. Sang kepala sekolahs selalu datang di pagi hari sebelum para guru dan murid tiba di sekolah. Beliau menerapkan aturan yang sangat ketat, salah satunya adalah pintu gerbang sekolah harus terkunci tepat pukul 07.15 pagi. Jadi, baik guru maupun siswa harus sudah berada di sekolah sebelum jam 07.15 pagi, jika terlambat pintu sudah dikunci dan mereka harus tinggal di luar atau silahkan pulang.
Aturan ini memang sangat baik, tidak ada yang salah sama sekali. Namun, yang namanya manusia tentu tidak akan sengaja untuk melanggar peraturan. Ada banyak faktor yang membuat seseorang terlambat, baik dari internal pribadi orang itu atau external.
Suatu hari ( belum lama ini) ada siswi dan siswa yang terlambat. Mereka tidak dapat masuk ke sekolah karena memang pintu gerbang telah terkunci. Panjat pagar juga tidak mungkin, pulang kerumah takut dengan orang tua, bakal dimarahi. Akhirnya, kebetulan mereka ada hubungan asmara......menggunakan kesempatan untuk berkeliling kota jalan-jalan.
Entah setan apa yang mempengaruhi otak kedua sejoli yang dimabuk asmara ini, mereka check in di sebuah hotel melati. Mereka memadu kasih di kamar hotel itu, sekitar dua jam hingga mendekati jam pulang sekolah. Mungkin kalau mereka segera pulang, tidak akan ada persoalan. Tapi ketika si perempuan keluar dari kamar mandi usai bercumbu dengan si pria. si pria mengabadikan tubuh si perempuan dalam keadaan bugil... dengan kamera ponsel .....parahnya kamera itu adalah milik temannya.
Si perempuan nampak tidak keberatan, hingga mereka berpisah pulang ke rumah masing-masing. Si pria saat mengembalikan ponsel itu, tidak men-delete gambar yang tadi dia shot. Dia hanya mengatakan supaya si teman menghapusnya. Oalah, si teman bukannya menghapus, tapi menggunakan gambar itu untuk memeras si perempuan. Bahkan gambar itu sudah bepindah ke hp...hp lainnya.... HEBOHLAH kejadian ini.
dua orang pria ini akhirnya harus berurusan dengan pihak berwajib atas laporan dari pihak keluarga perempuan.
Dari kejadian ini, tentu kita tidak bisa hanya menyalahkan pihak sekolah yang ingin menegakan disiplin. Karena sekolah tentu bermaksud sangat baik, yaitu ingin agar semua  guru atau siswa mematuhi jam masuk sekolah. Tapi, ekses negatifnya..... jika aturan ini diberlakukan bagi siswa, tentu akan berakibat fatal, sebab siswa bukannya pulang tapi akan pergi kemana saja mereka mau. Akibatnya justru mereka dapat melakukan hal hal yang tidak dikehendaki.
lantas sebaiknya bagaimna ya..... santai aja atau siswa tetap diterima masuk dan mereka diberikan pengarahan dan bimbingan kan ada Bimbingan dan Konseling.