Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gereja Anglikan, Bukan Katolik Bukan Protestan

4 Desember 2022   07:16 Diperbarui: 4 Desember 2022   07:19 3090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang sakramen misalnya, Gereja Anglikan mengenal dua sakramen "yang Kristus perintahkan di dalam Injil" yakni  Pembaptisan dan Perjamuan Kudus. Kedua sakramen ini disebut Sakramen Injil. 

Sementara lima sakramen lainnya tidak dianggap sebagai Sakramen Injil meskipun juga dipakai: Konfirmasi (sidi-protestan, krisma-katolik), penebusan dosa (penance), pentahbisan, pernikahan, dan perminyakan orang yang sebelum meninggal (extreme unction).

"Semua sakramen ini bisa diberikan oleh pastor seperti saya kecuali Perjamuan Kudus. Yang berhak memimpin Perjamuan Kudus hanya bishop atau arcbishop," kata Daniel.

Gereja Kuno

Menurut ahli tentang bangunan tua di Jakarta, Adolf Heuken,SJ,  gedung gereja Anglikan di dekat Tugu Tani didirikan tahun 1829. 

Mula-mula pada tahun 1821 oleh J. Slater, seorang misionaris Baptis mendirikan gereja dari kayu yang segera habis dimakan habis oleh rayap. Ia membeli tanah beserta sebuah rumah bambu di atasnya dengan harga delapan ratus dollar Spanyol.

Gereja bambu itu berada di tengah-tengah kampung Tionghoa dan Melayu. Rumah pendeta dibakar bersama banyak buku Injil dalam bahasa Tionghoa dan milik pendeta dirampok dua kali. Maka, Pendeta Slater meninggalkan Batavia.

Tetapi pada tahun 1822 London Missionary Society  (LMS) Inggris mengirim misionaris Walter Henry Medhurst (1776-1857) ke Batavia untuk meneruskan usaha J. Slater. 

Medhurst mulai mengadakan ibadat dalam bahasa Inggris dan mendirikan sekolah dan asrama yang pertama untuk anak cacat di Jakarta, lalu membangun gereja dan kediaman pendeta dari batu pada 1829. Kedua bangunan ini masih ada sampai sekarang.

Ruang ibadah di GAI yang bisa menampung 200-an anggota jemaat (Foto:Lex) 
Ruang ibadah di GAI yang bisa menampung 200-an anggota jemaat (Foto:Lex) 

LMS semula berencana mengutus penginjilnya ke Tiongkok. Tetapi pada awal abad ke-19 negeri itu masih tertutup bagi orang asing. 

Maka dibidiklah lokasi-lokasi pemukiman imigran Cina di Asia Tenggara, dengan harapan bahwa bila mereka berhasil diinjili, mereka akan membawa pulang dan menyebarkan iman kristianinya itu ke negeri leluhurnya. Waktu itu banyak perantau Tionghoa yang pulang kampung menjelang usia senja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun