Berlaku Adil
Sebagai orang yang dituakan, Om Sico mesti berlaku adil. Ia mendatangi satu per satu keluarga pengungsi untuk tahu kondisi mereka. Ia hafal setiap rumah dihuni berapa kepala keluarga. "Ada satu rumah di sini yang dihuni 4 kk. Ada 16 orang semua di dalamnya. Jadi saya khawatir kalau pas makan siang ada yang dilupakan, ha-ha-ha," ia kembali terbahak.
Setiap bantuan yang datang tidak sekadar disalurkan. Ia turun sendiri untuk memastikan apakah bantuan sampai kepada keluarga yang benar-benar membutuhkan. Tak jarang ia mesti bersitegang dengan sesama pengungsi.
"Misalnya beberapa tahun lalu ada pembangunan 100 unit rumah dari pemerintah. Siapa yang harus saya prioritaskan? Sementara kami ada 1.600 kk. Jadi saya harus pilih yang benar-benar membutuhkan seperti para janda atau yang sudah diusir pemilik rumah tempat mereka tinggal sementara. Memang kerja sosial seperti ini harus tebal telinga. Apa yang kita lakukan selalu dikritik orang. Tetapi telinga saya sudah kebal. Mungkin juga karena sudah tua jadi kurang dengar apa omongan mereka," ia berseloroh, lalu tergelak.
Lain waktu ada bantuan sapi dari presiden untuk keluarga berekonomi lemah. Jumlahnya 60 ekor. Dilema bagi Fransisco. Kalau tidak diterima, mereka tak mendapatkan apa-apa. Tapi kalau diterima ia pasti jadi bahan omongan. Akhirnya Fransisco membuat aturan. Anak pertama dari semua sapi itu harus digulirkan lagi untuk keluarga yang lain. Begitu seterusnya.
"Jadi sekarang kami sudah punya 123 induk sapi. Kalau masing-masing beranak lagi sudah ada 246 ekor," ujarnya.
Seorang pemimpin kata Fransisco harus adil sejak dalam pikirannya. "Pokoknya tidak boleh oleng kiri atau kanan. Lurus saja. Apa nanti kata orang, terserah mereka saja," prinsipnya.
Penyambung Lidah
Apakah Fransisco diangkat sebagai pemimpin oleh para pengungsi? Â Secara formal tidak. Tetapi sejak mereka berusaha keluar dari Timor-Timur yang sedang bergejolak, Fransisco sudah berdiri paling depan.
"Beruntung karena saya tentara. Jadi banyak kenalan," kata dia. Terjadi begitu saja, dan setelah peristiwa itu Fransisco masih menjadi pemimpin para pengungsi.
Fransisco selalu menyebut posisinya sebagai penyambung lidah pengungsi. Komentarnya, "Kalau para pengungsi yang telepon ke dinas soal bantuan pasti tidak dilayani. Tetapi kalau saya yang telepon mereka mesti angkat dan bilang 'apa kabar Om Sico'.Itu karena mereka kenal dan percaya sama saya," ucapnya.