Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Membongkar Persepsi yang Terlanjur Menjadi Keyakinan

25 November 2022   06:47 Diperbarui: 27 November 2022   08:00 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penderita penyakit polio. (sumber: Shutterstock/Dan76 via kompas.com)

Terjadi penolakan. Perlu kesabaran dan pendekatan yang tepat. Bukan saja oleh petugas lapangan, tetapi terutama oleh tokoh masyarakat yang mereka percaya.

Pada bulan September 2022 saya meliput di beberapa desa di Sumba Timur terkait Desa Wisata Tangguh Bencana, Inklusi dan Adaptif. 

Salah satu syaratnya adalah jangkauan vaksinasi  COVID-19 seluruh tahapan yang sudah menjangkau 100 persen bagi warga di desa wisata tersebut. Kendala yang dihadapi para petugas lapangan adalah persepsi terhadap vaksin COVID-19 yang beragam dan melahirkan penolakan pada beberapa kampung. 

Ada yang mencurigai vaksin tersebut hanya akal-akalan pemerintah, padahal virus Covid sebenarnya tak ada. Ada juga kecurigaan bahwa dalam vaksin tersebut mengandung chip yang sengaja ditanam untuk mengawasi warga yang sudah disuntik vaksin COVID-19. Entah dari mana mereka memetik ilmu ini, tetapi kenyataannya memang demikian.

Memang ada sekte tertentu dalam agama Kristen (Katolik dan Protestan) yang menghubungkan vaksin COVID-19 dengan penanaman microchip 666 dan antiKris seperti yang diwahyukan dalam Alkitab dan menyebabkan fobia. 

Mereka berpandangan bahwa dalam tubuh mereka telah terkandung gen Kristus dan vaksin tersebut akan membongkar dan membuat mereka binasa. 

Keyakinan ini kita hormati. Namun perlu juga diluruskan. Maka di sini yang diperlukan adalah tokoh agama yang mereka percaya untuk meluruskannya.

Kini di beberapa tempat terutama di  Kabupaten Pidie, Aceh, ditemukan kasus polio yang menyerang seorang anak berusia tujuh tahun. Seperti diberitakan Kompas.id. Ia belum pernah divaksinasi dan terinfeksi virus polio liar tipe 2. 

Menurut survei cepat Kementerian Kesehatan bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 26 rumah tangga di Pidie, hanya 8 dari 33 anak yang sudah mendapat vaksin polio oral lengkap.

Masih menurut Kompas.id, kondisi memprihatinkan ini tidak hanya terjadi di Aceh, tetapi di sejumlah wilayah Indonesia. Hingga November 2022, ada 30 provinsi dan 415 kabupaten atau kota di Indonesia masuk kriteria berisiko tinggi polio.

"Selain cakupan imunisasi  yang belum memadai antara lain karena kurangnya tenaga Kesehatan dan COVID-19 yang melanda dalam dua tahun terakhir ini, upaya pemerintah untuk mencapai cakupan imunisasi universal (UCI) 90 persen sebenarnya sudah menghadapi banyak kendala.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun