Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nelly dan Aice Wandikbo, Dua Ibu Petani Kader Kesehatan di Wamena

9 November 2022   10:17 Diperbarui: 9 November 2022   16:08 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aice Wandikbo berfoto bersama suaminya di depan kantor desa Wananuk II (Foto:Lex) 

Nelly minta kepada pendeta atau majelis untuk menghimbau ibu hamil dan menyusui ikut dalam pemeriksaan balita dan ibu hamil. Pada kesempatan itu pula Nelly minta kepada warga jemaat menyumbang sayur-sayuran.

Tahun 2012 Nelly dipilih menjadi kader PMBA ((Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak) dan HBLSS (Home-Based life Saving Skills). Dua program ini dijalan berkat Kerjasama Unicef, WVI dan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya.

Program ini dijalankan untuk menekan angka kematian balita dan ibu hamil yang cukup tinggi di Pegunungan Tengah Papua. Juga untuk menekan tengkes (stunting). Karena itu Nelly kerap diikutkan dalam pelatihan kader di Wamena.

"Saya kader HBLSS yang bantu ibu melahirkan, atau dampingi buat periksa kehamilan ke Puskesmas. Juga PMBA untuk pemberian makanan bergizi kepada balita supaya mereka tidak busung lapar," ujar Nelly.

Sebagai kader PMBA Nelly tidak saja melakukan konseling kepada ibu hamil dan ibu menyusui tentang pentingnya memeriksakan kehamilan di Puskesmas dan menyusui secara eksklusif. Ia juga belajar tentang membuat makanan bergizi.

"Kita belajar tentang makanan bergizi. Tidak perlu mahal karena semua ada di kebun. Ada ipere, ada sayur, ada buah. Juga tentang kebersihan seperti cuci tangan sebelum kasih makan sama anak," jelas Nelly.

Karena Puskesmas Yalengga hanya berjarak 30 menit berjalan kaki dari Tumun dan satu jam dari Biti, Nelly kerap mendampingi ibu hamil memeriksakan kesehatan mereka di sana.

Awalnya ia juga dilatih untuk bisa membantu ibu yang melahirkan di rumah. Tetapi karena ada peraturan pemerintah yang mewajibkan ibu melahirkan harus dibantu tenaga kesehatan atau di Puskesmas, Nelly hanya mendampingi saja.

"Saya minta mereka harus lahirkan di Puskesmas. Ada juga yang mau. Tetapi banyak yang malu," kata Nelly.

Melahirkan di Puskesmas belum menjadi kebiasaan di Tumun dan Biti. Karena itu Nelly harus pintar-pintar mempengaruhi mereka. Ia selalu mencatat hari perkiraan lahir, sehingga kalau ibu mulai berasa akan melahirkan, Nelly cepat-cepat memanggil bidan.

"Tetapi di sini sering melahirkan malam hari. Bidan sudah ke Wamena atau sudah tidur. Jadi kami yang bantu saja," jelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun