Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Berbenah agar Pariwisata Sumba Lebih Keren

2 November 2022   11:49 Diperbarui: 2 November 2022   13:07 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukit Tenau di Sumba Timur (Dok. Bob Wungo) 

"Bisa masuk IG kami "pantaiwalakiri" atau facebook:Walakiri Beach. Juga bisa ke email 'walakiri2022@gmail.com' untuk bertanya informasi. Begitu ada pesan masuk pasti kami langsung respons," kata dia pada saya pada awal September 2022.

Pantai Walakeri kini sedang berbenah. Mereka membutuhkan antara lain sebuah rumah sebagai tempat menjual hasil kerajinan tangan berupa anting, kalung dan gelang dari kerang dan siput, makanan lokal dan sebagai Pusat Informasi. Jika Adira Finance berkenan membantu mereka, akan sangat berarti bagi pengembangan pariwisata di pantai ini.  

"Kami sudah agendakan untuk setiap purnama ada pentas tarian padoa," kata Djoni Wartono, Sekretaris Pokdarwis Bahtera. Tarian Padoa adalah tarian khas suku Sabu yang dilakukan oleh puluhan orang sembari bergandeng tangan. Mayoritas warga yang berada di sekitar pantai Walakeri adalah orang Sabu generasi kelima dan keenam sejak bermigrasi ke Sumba pada tahun 1800-an.

Bukit Wairinding

Menjelang sore, sekitar pukul 15.00 silahkan berkendara ke arah barat kota Waingapu. Sejauh kurang-lebih 25 kilometer, hanya sekitar 30 menit. Dalam perjalanan melewati jalan trans-Sumba yang mulus, Anda akan berhenti langsung di sisi bukit Laiuhuk Wairinding. Silahkan mendaki puluhan anak tangga menuju puncak bukit dan menanti matahari sore yang akan terbenam di balik bukit-bukit. Anda bisa berswafoto memakai kain Sumba yang disewa sembari menunggang kuda. Ini momen yang indah.

Tetapi jika Anda ingin menyepi, jauh dari kerumunan, silahkan berjalan menyusuri bukit ke ujung sana, merasakan keheningan dan semilir angin, melepas matahari turun ke peraduan.

Pengunjung bisa berfoto dengan menyewa kuda dan kain tenun Sumba di Bukit Wairinding (Dok.Bob Wungo) 
Pengunjung bisa berfoto dengan menyewa kuda dan kain tenun Sumba di Bukit Wairinding (Dok.Bob Wungo) 

Nanti kalau Anda ingin berbelanja kain dan tidak membawa uang kontan, bisa membayar secara digital melalui Qris. Anak-anak muda yang bergabung dalam Pokdarwis Harapan Baru telah menjalin kerjasama dengan sebuah bank untuk kepentingan ini. Demikian pula ketika akan membayar tiket masuk sebesar 5 ribu untuk anak dan 10 ribu untuk dewasa. Bisa kontan, bisa digital.

Kalau Anda ingin ngopi, ada kopi sumba di kedai milik Mama Emilia. Harganya tak akan mengoyak kantong Anda. Hanya 10 ribu. Demikian pula kalau kepingin membawa pulang ole-ole, ada makanan lokal berupa kripik ubi dan pisang, selendang dan kain tenun serta minuman instan kunyit dan jahe, hasil karya anggota Pokdarwis.

"Kini pengelolan Bukit Wairinding hanya melalui satu pintu. Pelaporan keuangan disampaikan setiap bulan dalam rapat dengan aparatur desa," kata Soni Nggalah Amah (25), Ketua Pokdarwis Harapan Baru.

"Ada kecenderungan wisatawan saat ini mengandrungi hal yang berbau lokal baik itu makanan, budaya dan kehidupan masyarakat desa pada umumnya. Maka tugas kami adalah memberikan suasana lokal serta kenyaman. Sedapat mungkin mengedepankan tiga hal yakni apa yang bisa dilihat, dinikmati dan bila perlu ada yang dibawa pulang oleh mereka. Salah satu yang kami gagas adalah festival kreatif lokal ini agar Sumba semakin keren," kata Ida Bagus Punia, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumba Timur.

Pemda Sumba Timur melalui Dinas Pariwisata tengah berupaya menjalin kerjasama dengan semua pengelola Desa Wisata untuk memberi mereka kepastian hukum. Usai Pandemi Covid-19 melanda Indonesia kebangkitan pariwisata sangat diharapkan karena akan langsung terkait dengan peningkatan perekonomian warga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun