Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Alasan Perempuan Bertato di Kodi

23 Oktober 2022   20:52 Diperbarui: 28 Oktober 2022   16:00 1526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tato pada tangan perempuan Sumba (Dokpri) 

Tangan dan kaki Kodi Liku, nenek  saya dari pihak ayah, penuh  rajah (tato). Beliau meninggal pada tahun 2011 dalam usia sekitar 95 tahun. Para perempuan seangkatan nenek Kodi Liku di Kodi, Sumba, NTT,  juga demikian. Meskipun tidak semua. Generasi yang lahir setelah mereka, sudah jarang yang memakai tato.

Saya melihat ada kemiripan gambar tato pada tangan dan kakinya (berupa inisial, namun lebih banyak adalah  garis naik-turun  membentuk satu lingkaran penuh di pergelangan tangan maupun betis), seperti tato pada banyak perempuan Dayak. Misalnya dari suku Dayak Kayan. Apakah Sumba ada kaitannya dengan suku Dayak di Kalimantan, atau sebaliknya?

Tato pada tangan perempuan Sumba (Dokpri) 
Tato pada tangan perempuan Sumba (Dokpri) 

Apa intensi mereka menato tangan dan kakinya? Setidaknya ada tiga alasan yang pernah saya temukan di Kodi. Pertama, sebagai pertanda akil balik. Seorang perempuan yang sudah memiliki tato berarti telah siap dilamar untuk membangun rumah tangga. Kedua, alasan yang lebih tua dari itu , terkait keyakinan Marapu, yakni agama asli masyarakat Sumba, agar kelak di alam sana, setelah kematian,  mereka dapat memperoleh api.  

Hal ini bisa dikaitkan dengan warisan kepercayaan dari zaman pra-aksara yang menyakini bahwa manusia mempunyai ketergantungan terhadap kekuatan lain di luar dirinya yakni benda-benda  yang memiliki kekuatan supranatural (dinamisme) seperti pohon dan batu besar, di mana mereka dapat meminta pertolongan keselamatan. Api memiliki kekuatan "supranatural" bisa membuat matang makanan, dipakai mengusir hewan buas dan penerangan kala gelap. Setidaknya (mungkin) begitu dalam benak mereka.

Namun saya juga menemukan, dan ini menjadi alasan ketiga, perempuan di Kodi pada zaman itu menato kaki dan tangan mereka untuk terhindar dari menjadi budak seks tentara Jepang. Sebab menurut kisah yang beredar di sana, tentara Jepang tidak menyukai perempuan bertato. Apakah karena mirip dengan anggota Yakuza?

Tato pada tangan perempuan Dayak (Sumber: New Naratif) 
Tato pada tangan perempuan Dayak (Sumber: New Naratif) 

=000=

Waktu ke Pulau Siberut, saya mudah sekali menemukan lelaki bertato di sana. Dosen Seni Rupa dari Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, Ady Rosa,  yang sudah  meneliti tato di Mentawai menemukan bahwa tato tertua di dunia adalah pada diri orang-orang di Kepulauan Mentawai, sebab sudah dilakukan pada zaman Logam yakni  1500-500 SM. Artinya, kata dia, tato Mentawai jauh lebih tua dari tato pada mummi di Mesir yang "baru" dilakukan pada 1300 SM, dan diklaim sebagai tato tertua di dunia.  

"Orang Mentawai sudah menato badan sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera. Bangsa Proto Melayu ini datang dari Indocina  pada zaman Logam, 1500 SM-500 SM. Artinya, tato Mentawailah yang paling tua di dunia,'' kata Ady Rosa, seperti ditulis dalam www.daftarpeninggalandunia.we.id.

Foto tiga lelaki Dayak dengan tubuh bertato (Sumber: 1001 Indonesia) 
Foto tiga lelaki Dayak dengan tubuh bertato (Sumber: 1001 Indonesia) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun