Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seragam Baju Adat, Sebuah Langkah Bijak

21 Oktober 2022   07:08 Diperbarui: 21 Oktober 2022   07:50 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kain Tenun Sumba pada Rumah Galeri Sumba di Kampung Prailiu, Waingapu, Sumba Timur (Foto:Lex)

Kalau Anda datang bertamu ke Sumba dan disambut separuh resmi atau resmi sekali, bahu Anda akan diselempangi selembar kain atau sarung tenun. Sebagai penghormatan. Lalu mari datang ke pesta. Ikatkan kain atau sarung dipinggang sebagai pakaian kebesaran. Sekarang kain tenun menjadi bahan fashion. Dari desainer kelas kampung hingga taraf internasional memakai kain tenun Sumba sebagai bahan utama karyanya.

Kain tenun juga telah memutar roda perekonomian. Banyak yang membiayai anak-anak mereka sekolah tinggi dengan menenun dan menjual kain. Demikianlah, kain tenun telah mewarnai seluruh gerak hidup kami orang Sumba.

Motif yang lain (Lex) 
Motif yang lain (Lex) 

Saya punya beberapa lembar kain tenun. Yang saya dapatkan ketika datang ke desa atau rumah keluarga. Sebagai penghargaan. Ketika memberi pelatihan jurnalistik di  Gereja Kristen Sumba (GKS) Waingapu, Pendeta Herlina memberi saya selembar kain tenun Sumba Timur yang elok.

Tapi kerap muncul rasa takut. Sebab kain tenun Sumba juga dipakai untuk membungkus jenazah orang yang meninggal. Di sana, selain yang beragama Islam, jenazah tidak dikafani. Tetapi diselubungi dengan kain tenun tadi. Seperti kalau saat berselubung kain sebagai selimut saat tidur. Persis!

Tetapi anggap saja sebagai pengingat. Bahwa setiap orang suatu saat pasti akan berpulang.  Sebab Momento Mori, kawan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun