Kalau Anda datang bertamu ke Sumba dan disambut separuh resmi atau resmi sekali, bahu Anda akan diselempangi selembar kain atau sarung tenun. Sebagai penghormatan. Lalu mari datang ke pesta. Ikatkan kain atau sarung dipinggang sebagai pakaian kebesaran. Sekarang kain tenun menjadi bahan fashion. Dari desainer kelas kampung hingga taraf internasional memakai kain tenun Sumba sebagai bahan utama karyanya.
Kain tenun juga telah memutar roda perekonomian. Banyak yang membiayai anak-anak mereka sekolah tinggi dengan menenun dan menjual kain. Demikianlah, kain tenun telah mewarnai seluruh gerak hidup kami orang Sumba.
Saya punya beberapa lembar kain tenun. Yang saya dapatkan ketika datang ke desa atau rumah keluarga. Sebagai penghargaan. Ketika memberi pelatihan jurnalistik di  Gereja Kristen Sumba (GKS) Waingapu, Pendeta Herlina memberi saya selembar kain tenun Sumba Timur yang elok.
Tapi kerap muncul rasa takut. Sebab kain tenun Sumba juga dipakai untuk membungkus jenazah orang yang meninggal. Di sana, selain yang beragama Islam, jenazah tidak dikafani. Tetapi diselubungi dengan kain tenun tadi. Seperti kalau saat berselubung kain sebagai selimut saat tidur. Persis!
Tetapi anggap saja sebagai pengingat. Bahwa setiap orang suatu saat pasti akan berpulang. Â Sebab Momento Mori, kawan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H