Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Prospek Kerja: Berbagi Pengalaman Masuk ke NGO

19 Oktober 2022   20:11 Diperbarui: 19 Oktober 2022   20:16 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Topik yang menarik yang diberikan Kompasiana kali ini. Sebuah contoh diberikan. Agen asuransi dengan pendapatan 1 miliar per bulan. Memang ada yang seperti itu. Tetapi perlu kita telisik berapa lama ia berkiprah sebagai agen? Berapa orang yang menjadi nasabahnya? Apakah nasabahnya pribadi-pribadi atau sebuah perusahaan minyak dengan karyawan dua ribu orang, misalnya?

Tak dipungkiri dalam contoh di atas, kesuksesan diukur dari seberapa besar duit yang bisa dihasilkan dari pekerjaan tersebut. Semakin besar angkanya, semakin dinilai berhasil. Tak salah sama sekali. Semua orang butuh uang, bukan? Tetapi bukan satu-satunya tujuan!

Apakah wartawan atau penulis kaya? Ya, bisa saja. Pak Jakob Oetama (alm), Dahlan Iskan, Surya Paloh, Chairul Tanjung dan para taipan media yang lain tentu kaya-raya. Mereka pernah jadi wartawan, lalu bikin media, mengakumulasi modalnya, dan lihatlah Kompas-Gramedia, atau gedung pencakar langit di dekat Stasiun Gondangdia itu. Jadi kalau mau kaya-raya, tirulah mereka, hehehe.

Tapi biasanya kita hanya melihat apa yang tampak, to? Jarang menukik bagaimana mereka memulainya. Tidak melihat proses yang mereka lewati. Kerja keras, pasti. Kerja cerdas, tentu. Namun juga keberuntungan.

Dalam dunia yang serba digital, tentu pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut ini menjadi pilihan. Teman saya, seorang penyandang disabilitas daksa, ahli di bidang web designer. Ia kini "memelihara" sekitar 15 web bersama timnya. Padahal ia tidak belajar khusus. Secara otodidak saja. Kepepet saja, karena kalah cepat ke lapangan sebagai wartawan harian, ia banting stir. Jadilah! Penghasilannya? Dia tidak sebut angka, tapi sekitar 15 juta per bulan. Kesimpulan ini saya yang ambil setelah menggabung-gabungkan hasil obrolan kami.

Teman yang lain berada di.....Pulau Sumba. Jauh dari Jakarta. Profesinya mula-mula pemandu wisata. Sekitar 3 tahun di bidang itu, karena sering dimintai tolong memotret oleh wisatawan yang ia pandu, ia jatuh cinta dengan dunia fotografi. Jadilah ia seorang fotografer. Terutama memotret savana dan bukit-bukit di Sumba. Lanskap. Kerjaannya kini hanya jalan-jalan sambil menenteng kamera Nikon dari seri Z7. Juga buka studio kecil di rumahnya, di Weetebula, Sumba Barat Daya. Entah berapa harga kamera ini?

Kalau saya cari foto yang bagus, pasti nomer dia yang saya hubungi. Harga temanlah!  Beberapa kali hasil fotonya dibeli oleh media dan peneliti dari Jerman. Mahal, karena dibayar pakai mata uang euro.   Penghasilannya?

"Bisa buat traktir Kakak selama sebulan," kata dia pada saya.

Terakhir,  menjadi penulis freelance, khususnya untuk lembaga-lembaga non pemerintah, alias NGO atau LSM. Sependek pengalaman saya, banyak NGO yang bekerja di Indonesia, terutama yang didanai dari luar negeri. Silahkan klik  di mesin pencari. 

Berapa di bayar? Lumayanlah untuk menulis satu buku dan 30 menit video Praktik Baik kegiatan mereka. Sebab para NGO ini perlu mendokumentasikan pekerjaannya dalam bentuk buku dan video dokumenter. Untuk dibagikan kepada mitra mereka, selain sebagai bukti pertanggungjawaban. 

Agar tak penasaran, fee-nya bisalah buat hidup beberapa bulan di Jakarta tanpa bekerja. Belum  jalan-jalan gratis ke tempat liputan saat "belanja" bahan. Pokoknya bawa badan saja!

Tetapi untuk bisa masuk ke dalam lingkaran mereka, tidak mudah. Perlu ada karya sebelumnya. Sebagai bahan untuk "jual diri". Syukur-syukur  kalau ada kenalan orang dalam. Bukan untuk KKN, tetapi agar bisa direkomendasikan. Sebab di sana tak bisa KKN. Semua melewati proses penawaran, mengajukan proposal, mempertanggungjawabkannya dalam rapat, barulah disetujui. Clear! Apalagi kalau punya kemampuan berbahasa Inggris. Mantap sekali!

Agar punya portofolio, menulislah. Semakin banyak karya, semakin baik. Biar "jual diri"nya mudah. Tentu juga wajib memperluas pertemanan. Sesekali kalau diminta mengerjakan proyek dengan dana cekak 10-15 juta, atau proyek 'thank you', jangan ditolak. Anggap saja sebagai tabungan untuk proyek yang lebih besar dan menantang di depan. Kerjakan seperti kalau Anda dibayar 50 juta, misalnya. Dan akan dimasukkan sebagai bagian dari portofolio. Sehari selembar benang, setahun jadi kain.

Namun yang perlu dipahami, dalam bidang apapun, selalu ada persaingan yang ketat. Setiap orang selalu ingin menjadi yang terbaik di bidangnya. Upayakanlah untuk menjadi profesional. Rumus yang umum, setidaknya kita harus memiliki tiga hal ini: Attitude yang baik, Skill yang mumpuni dan Knowledge. Ah, ini rumusan yang umum banget. 

Tetapi apakah menjadi penulis freelance prospektif?  Saya pikir, iya. Apakah ini semua melulu soal uang? Tentu tidak. Jangan lupa kesenangan di dalamnya. Business and Pleasure. Tapi kalau tak ada uang, jadi runyam juga, bukan? Inilah "salib" yang harus dipikul manusia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun