"Waktu itu masih impor dari Finlandia. Karena kena pajak harganya jadi mahal. Â Tetapi ketemu juga jenis kertas yang sama di pabrik rokok di Kediri," kata Anton. Sekarang kertas ini hanya dicetak khusus untuk keperluan LAI, pabrik uang dan untuk lintingan rokok.
Tetapi untuk bisa dipakai mesti disetujui oleh United Bible Societies  di Amerika. Semua kertas Alkitab harus memiliki standar yang  sama.
Harga kertas khusus ini pun tergolong mahal. Satu kilogramnya  Rp 18 ribu. Bandingkan dengan kertas koran yang  Rp 7 ribu/kg.  Barangkali karena inilah harga Alkitab menjadi mahal.
***
Yang mengesankan bagi saya  adalah kontrol kualitas yang dilakukan.
Prosesnya begini: Bagian Alkitab yang sudah dicetak langsung masuk ke mesin lipat. Mesin ini akan melipat sesuai halamannya. Keluar dari mesin lipat diperiksa lagi secara manual. Alkitab disusun sesuai urutannya.
Urutan Alkitab ini akan "ditest" kebenarannya oleh mesin yang lain. Kalau urutannya keliru  ia tidak mau jalan. Kalau Injil Yohanes ditaruh di bagian depan, sementara Markus di bagian akhir, mesin bakalan tak berputar. Ia sudah di-setting secara otomatis. Urutan Injil adalah Matius-Markus-Lukas-Yohanes.
"Bikinan Jepang  begitu, he-he-he," Anton  separuh bercanda.
Begitu keluar dari  mesin ini,  serombongan ibu telah siap memeriksa secara manual. Urutannya harus benar karena akan masuk mesin penjahit, menuju mesin pengelem setelah punggungnya diberi kertas tebal dan pita pembatas. Bentuk Alkitab mulai tampak .
Alkitab yang sudah berbentuk buku ini harus masuk mesin potong untuk dirapikan. Usai dipotong, ada pemeriksaan manual lagi.
"Disortir lagi agar yang salah  urutannya harus dibongkar," kata Anton.