Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

F.L. Anthing, Pencetus Gerakan Inkulturasi Penginjilan di Batavia

29 Agustus 2022   05:30 Diperbarui: 29 Agustus 2022   06:13 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
F.L.Anthing (Sumber:PT33 Judistian via Kompas.com)

GIUZ berhasil mendirikan beberapa Pos Pekabaran Injil (PI) di Jakarta dan sekitarnya. Kemudian hari mereka ini dikenal sebagai "Jemaat-jemaat Anthing", antara lain: Kampung Sawah, Pondok Melati, Gunung Putri, Cigelam, Cikuya (Banten), Tanah Tinggi, Cakung dan Ciater di dekat Serpong). Beberapa dari jemaat ini sekarang menjadi bagian dari Sinode Gereja Kristen Pasundan (GKP). 

F.L.Anthing (Sumber:PT33 Judistian via Kompas.com)
F.L.Anthing (Sumber:PT33 Judistian via Kompas.com)
Anthing, sudah menunjukkan ketertarikannya untuk PI semenjak ia masih bekerja di Pengadilan Negeri Semarang. Sewaktu pindah ke Jakarta sebagai wakil Hakim Agung, keinginan itu terus menggodanya. Pas pensiun ia total di sana. Tetapi belakangan, setelah 10 tahun bersama GIUZ, Anthing hengkang dari sana dan memilih bergabung dengan lembaga penginjilan lain.

Yang menarik dari Anthing adalah metode penginjilannya. Menurut dia,  penginjilan kepada penduduk pribumi sebaiknya dilakukan oleh kaum pribumi sendiri. Tugas para penginjil Eropa adalah membimbing dan mempersiapkan para guru Injil. 

Sebab kalau penginjilan dilakukan oleh orang Barat akan ada banyak hambatan. Ada sentimen  pribumi-Eropa dan perbedaan  pandangan hidup antara kaum pribumi dan orang Barat. Belum lagi secara politik dan ekonomi, para penginjil londo itu dianggap sekutu bangsa penjajah.

Sebenarnya inti dari metode Anthing adalah penghargaannya terhadap keberadaan orang pribumi. Dia sadar bahwa bagi orang Timur, agama, kebangsaan dan adat-istiadat sangat erat terkait. Ketiganya berkorelasi. Apabila ia memeluk agama Kristen, ia pasti dikucilkan oleh masyarakatnya. Agama Kristen adalah agama orang kulit putih. Agama orang-orang Belanda.

Tampaknya kesadaran Anthing tentang hal ini dikuatkan oleh Kiai Ibrahim Tunggul Wulung saat mereka bertemu di Semarang. Tunggul Wulung adalah  seorang penginjil pribumi di Jawa bagian tengah dan selatan. Di Semarang mereka  sudah merekrut beberapa orang Kristen Jawa untuk dilatih menjadi penginjil. Antara lain Kiai Sadrach dan Paulus Tosari. Paulus Tosari kemudian menjadi salah satu tokoh yang turut membangun Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) di Mojowarno, Jawa Timur.   

Tetapi metode Anthing ini tak masuk hitungan kala itu. Ia dianggap menabrak kebiasaan umum bahwa menjadi Kristen berarti masuk ke sebuah "budaya" baru dan meninggalkan budaya yang lama. Agama baru yang dipeluk tidak bisa sejalan dengan adat-istiadat lama. Sebab yang lama dinilai kotor dan kafir.

Namun ratusan tahun kemudian, "metode Anthing" menjadi salah satu bahan studi penting di  pusat-pusat pendidikan pendeta yang kita kenal sebagai "gerakan inkulturasi". Bahwa Injil tidak datang untuk menghilangkan yang lama, tetapi untuk memperlengkapinya. Barangkali Anthing kala itu terinspirasi  oleh kata-kata Yesus: "Aku datang datang bukan untuk menghilangkan hukum Taurat...." seperti dikatakan oleh Penginjil Matius (Mat.5:17-18).

Saya menemukan kisah tentang Anthing dalam beberapa literatur. Anthing meninggal pada 1883 dalam sebuah kecelakaan trem di Batavia.

Sumber bacaan:

  • Th. Van den End(2006. Cet.6). Sumber-Sumber Zending tentang Sejarah Gereja di Jawa Barat, 1858-1963. BPK Gunung Mulia
  • Frederick Djara Wellem.  (2000). Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja. Jakarta: PK Gunung Mulia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun