Kami selalu teguh pada pendidikan dalam keluarga. Jika dilakukan dengan benar, mengikuti aturan-aturan yang sudah ada, tidak sogok sana-sini, bahkan untuk masa depannya, niscaya kelak masa depan anak-anak juga akan baik.
Saya menilai orang tua yang melakukan sogok agar anaknya bisa masuk ke sekolah negeri ternama atau institusi tertentu yang bonafid-juga menyogok agar lulus menjadi pegawai pemerintah-itu dilakukan oleh mereka yang hanya memakai "kaca mata kuda". Sebab dunia ini tak sebatas "lulus sekolah negeri". Ia maha luas dengan berbagai kemungkinan-kemungkinannya.
Apakah saya atau kami benci sekolah negeri? Oh, sama sekali tidak. Anak kami yang pertama justru lulus dari PTN. Masuk dengan mengikuti test. Sesuai keinginannya. Sementara sebagai orang tua kami hanya bersiap: Entah loe mau masuk ke mana, silahkan! Kami siap mendukung. Dia melakukan tugasnya, kami mendukung agar bisa dicapai. Dengan cara yang benar dan terhormat. Â
Kami hanya berprinsip menyiapkan mereka bisa mandiri. Antara lain diasramakan. Agar kenyamanan rumah tidak melekat dan membuat mereka manja. Juga dalam memilih sekolah, terutama perguruan tinggi. Sementara sekolah negeri tak pernah menjadi cita-cita utama, apalagi dibela-belain dengan main sogok segala.
Sebab kelak, ketika mereka masuk ke dalam dunia kerja, kualitas pribadilah yang menentukan. Kualitas pribadi yang disusun dari rumah, dengan jalan yang benar. Melalui jalan terhormat.
Sebab hanya itu warisan yang kami tinggalkan buat mereka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H