Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

HIV-AIDS, Tantangan Hidup Sehari-Hari di Pegunungan Tengah Papua

22 Agustus 2022   06:23 Diperbarui: 23 Agustus 2022   03:57 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecurigaan mereka bertambah sebab pasien dengan penyakit menular seksual (PMS) dan tuberculosis tinggi di sana. Tim bertambah  khawatir. Jangan-jangan Wamena sudah terpapar penyakit mematikan itu?

Anti bersama beberapa dokter yang lain dan pekerja LSM membuat studi kualitatif tentang perilaku seksual di kalangan remaja Wamena pada tahun yang sama.

"Asumsi awal bahwa penularan lewat jarum suntik kecil kemungkinannya di Wamena. Narkotika belum popular di sini. Berarti lewat cari lain. Yakni berhubungan seks," simpul Anti.

Benar saja. Studi itu menemukan angka seks bebas yang cukup tinggi di kalangan remaja. Juga ditemukan bahwa anak laki-laki muda lebih suka berhubungan seksual dengan perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan seks. Mereka tidak tertarik dengan keperawanan. Kesimpulan lain, perilaku seksual dipengaruhi oleh alkohol.

 "Anak-anak muda ini tidak terlalu peduli dengan virus HIV.  Bahkan mereka juga tidak tahu kalau sudah tertular. Tenang-tenang saja.  Selama tidak ada gejala fisik apa pun, mereka berpikir tidak ada masalah," kata dia.

Informasi tentang HIV-AIDS waktu itu masih minim.

(Sumber: KabarPapua.com)
(Sumber: KabarPapua.com)

Setelah penelitian itu dokter Anti langsung menyalakan alarm. "Kami bilang, angkanya pasti lebih tinggi. Karena yang kami tes hanya mereka yang datang ke rumah sakit dengan gejala awal HIV. Kami tidak pernah secara aktif datang ke kampung-kampung," kata dia.

 Tahun 1996 itu, Anti belum menetap di Wamena. Ia hanya datang dan pergi sebagai konsultan Unicef. Namun, tahun 2007,  ketika datang  lagi ke Wamena, jumlah yang positif terinfeksi HIV mencapai 82 orang. Lalu ia ditarik ke Jakarta.

Tahun  2010, ia kembali ke Wamena. Kali ini untuk menetap. Belum ada percakapan yang jelas mengenai jumlah dan tata cara penanganan. Setiap lembaga di Wamena mengeluarkan angkanya sendiri-sendiri. Karena itu, Pemda Jayawijaya membentuk program penanggulangan penularan HIV-AIDS: Program HIV dan IMS, Bidang PMK (P2PL), Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya. Dokter Anti jadi ketuanya.

Kerja lembaga ini adalah melakukan penyadaran tentang  ODHA, penyuluhan tentang pencegahan penularan HIV/AIDS, dan kesadaran minum obat bagi yang telah terinfeksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun