Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jan Van Der Horst, OFM: Memilih Belantara Papua

21 Agustus 2022   18:13 Diperbarui: 21 Agustus 2022   18:18 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pater Jan van der Horst (Dok.RSDH)

Sukar melewatkan nama Pater Jan van der Horst, OFM (1943-2012)  ketika berbicara tentang Rumah Sakit Dian Harapan (RSDH) dan SPG-SMA  di Kompleks Teruna Bakti Waena, di Jayapura, Papua. Ia menjadi rektor di Kompleks Teruna Bakti, selain sebagai pioner berdirinya RSDH pada tahun 1995.

Tak berlebihan jika namanya diabadikan sebagai nama paviliun di RSDH, yang terdiri dari ruang Rawat Inap Utama dan VIP, OK ICU, NICU,  aula pertemuan, nama jalan  dan perkantoran rumah sakit.

"Jasa beliau sungguh besar. Ia yang menjadi salah satu perintis pendirian rumah sakit ini, mengupayakan dananya dan mengawal perkembangannya sebelum kembali ke Belanda," kata Dr.dr. B. Sandjaja, MPH. Dokter Sandjaja adalah salah satu pionir yang ikut mendesain berdirinya RSDH dan menemukan motto pelayanan "Salus Aegroti Suprema Lex Est: Keselamatan Pasien Adalah Hukum Tertinggi, yang tetap dipakai sampai kini.

Paviliun Jan van der Horst (Lex)
Paviliun Jan van der Horst (Lex)

Bagaimana pun, sebagai anggota Ordo Fransiskan (OFM), karyanya tak lepas dari kebijakan dan restu tarekat. 

Maka boleh dikatakan RSDH adalah salah satu karya Ordo Fransiskan Papua bersama para tokoh umat, yang sepenuhnya diserahkan kepada Keuskupan Jayapura. Pengelolaannya saat ini dipercayakan kepada Yayasan Dian Harapan, Papua.

***

Pater Jan lahir di Woerden, Utrecht, Belanda pada 21 Januari 1943 ketika PD II sedang berkecamuk. Belanda terlibat dalam perang dasyat itu sebagai sekutu Inggris, Amerika, Soviet dan negara-negara lainnya. Woerden juga dikenal sebagai Kota Keju. Dari kota ini dijual keju-keju enak. Mereka memiliki pasar keju tradisional terbesar di Belanda yang telah berusia lebih dari satu abad.

Ia masuk Novisiat pada 7 September 1962. Mengikrarkan Profesi Meriah (ikrar seumur hidup) dalam persaudaraan Fransiskan pada 8 Agustus 1966, dan ditahbiskan menjadi imam pada 13 Juli 1969.

Sebagai imam muda yang penuh semangat, Jan tertantang memilih Papua, sebuah daerah misi yang masih berumur "muda", ketimbang memilih misi di Brazil yang sudah berusia "tua".  Sebagai daerah misi yang tergolong baru, Papua sungguh menantang. Lembah dan gunungnya, beragam suku dan budaya, serta cara hidup yang sama sekali berbeda dengan masyarakat Eropa.

Jan tiba di Biak, Papua pada 22 Juni 1970.  Ia tinggal di sana selama kurang-lebih satu bulan, mengajar di SPG di Biak. Pada akhir Juli 1970 Jan ditugaskan di Kantor Keuskupan di Jayapura, hingga Bulan Oktober 1970.

Selepas itu Pater Jan menjadi Pastor Paroki di Sentani sejak 1 Oktober 1970 hingga 3 Mei 1971, sebelum pindah ke Abepura, tak jauh dari Sentani. Di sana ia juga menjabat sebagai Pastor Paroki sejak 3 Mei 1971 hingga 5 Januari 1972.  Selepas Abepura, ia diangkat sebagai Sekretaris Keuskupan Jayapura pada Januari 1972 sampai dengan Juli 1972.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun