Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

MAF dan AMA: Kisah Dua Maskapai Legendaris di Papua

4 Agustus 2022   11:56 Diperbarui: 4 Agustus 2022   12:03 2159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat dari jenis Amphibi milik MAF yang bisa mendarat di air dan daratan (Sumber: mafindonesia.org)

=000=

"Kami kelola penerbangan ini secara mandiri. Meskipun pemiliknya tetap 5 keuskupan di seluruh Tanah Papua," kata Bob Kayadu, Direktur Utama AMA.

Saya jumpa Om Bob, demikian disapa, pada suatu malam di Abepura. Ia mengajak saya makan malam ikan bakar. Om Bob pernah menjadi perwakilan MAF di Jakarta, sebelum ia pensiun. Ketika pensiun itulah ia dilamar oleh AMA menjadi direktur pemasaran, lalu naik sebagai direktur utama.

Pesawat dari jenis Kodiak 100 milik MAF (Sumber: maf.org)
Pesawat dari jenis Kodiak 100 milik MAF (Sumber: maf.org)

Ketika ditraktir makan malam itu, banyak hal tentang AMA yang saya tanyakan kepadanya. Terutama tentang bagaimana mengelola AMA agar tetap untung tanpa meninggalkan pelayanan sosialnya kepada masyarakat Papua. 

Salah satu sumber pemasukan, kata Om Bob,  adalah dari pemerintah. AMA salah satu maskapai yang menjalin kerjasama dengan pemerintah kabupaten dan provinsi di Papua.  Om Bob tidak persis menyebut angka-angkanya.  Tapi kalau biaya pemeliharaan 11 pesawat AMA  saja mencapai Rp 50 miliar per tahun, silakan ditaksir sendiri berapa pendapatan mereka dalam setahun. Pasti jauh di atas itu.

"Biasanya kalau rapat Dekom (Dewan Komisaris), Bapa Uskup John Saklil hanya bilang 'coba lihat halaman terakhir soal pembagian deviden. Apakah angkanya sudah dipahami'? Semua menangguk. Rapat ditutup,ha-ha-ha," Paulus Arfayan tertawa.

Dekom terdiri atas lima uskup di seluruh Papua. Tahun 2019 lalu Mgr. John Saklil meninggal secara mendadak di Timika. Ia digantikan oleh Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM, Uskup Jayapura sebagai ketua Dekom.

Paulus salah seorang profesional yang pernah bekerja mengurus manajemen AMA. Ia berada di sana ketika Hardus Desa---kini kepala Yayasan Dian Harapan---menjabat Direktur Utama. Saya kenal Om Hardus waktu menulis buku 25 tahun RS Dian Harapan di Waena, Jayapura.

Paulus sekarang adalah Direktur Utama RS Provita.  Sebuah RS yang "wah" di Jayapura.  Letaknya baku dempet dengan Biara Provinsi Fransiskan Duta Damai Papua, di APO. Memang keduanya terkait erat satu sama lain.

=000=

Ternyata tidak semua pilot, entah senior apalagi yunior, bisa mendarat di semua bandara di pedalaman Papua. Ada juga pilot yang 'mati kutu' kalau berhadapan dengan bandara  tertentu. Sebab itu,  tak berani mereka ambil rute ke sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun