Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Pancen Asyu!

30 Juli 2022   16:28 Diperbarui: 30 Juli 2022   16:33 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Anjing, selain menjadi hewan kesayangan dan teman manusia yang setia (sambil membayangkan iklan sebuah merk rokok.

Waktu nona manis minta pasangan yang selalu setia mendampingi dan ringan tangan membantu, teko aladin diusap, asap mengepul, seekor anjing kecil muncul di sampingnya), anjing juga menjadi kata makian yang bikin kesal hati.

Bagaimana anjing yang disayang-sayang bisa dipakai sebagai kata makian atau umpatan? Mengapa bukan kucing atau ayam? 

Hewan babi juga dipakai untuk mengumpat, tapi tidak setenar anjing.

Saya belum ketemu siapa yang memulai makian ini dan bagaimana ia bermula? Meskipun begitu ada beberapa dugaan.

Konon makian "anjing" sudah ada sejak zaman Hindia Belanda. Makian ini ditujukan kepada orang Belanda, sebab noni-noni Belanda gemar memelihara anjing. 

Mungkin saat itu hanya orang Belanda yang punya anjing. Makian "anjing" sebagai ekspresi kebencian,  sebab mereka adalah penjajah. Hari ini ia menjadi ekspresi kebencian terhadap apa yang kita tidak sukai.

 Ada pula yang mengaitkannya dengan agama, yakni karena anjing adalah binatang najis dalam agama Islam. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Sasarannya tetap Belanda. Karena mereka merampas dan bertindak semena-mena.

Ada pula yang menafsir karena sosok anjing lebih besar dari kucing. Mudah kelihatan. Agresif dan menggonggong keras. Maka mudah diingat. Ketimbang kucing yang kalem dengan meong syahdu. 

Tapi bagaimana dengan kucing yang sedang birahi dan kebelet kawin? Berisik sekali bukan?

Namun seiring waktu, umpatan "anjing" tidak lagi hanya berarti binatang anjing dan makian. Ia menjadi tanda kedekatan. 

Dalam grup WA paguyuban wartawan yang saya ikuti, umpatan "asyu-suuuu-njrit-anjrit-anjeenggg-pancen asu-kirik..." hal biasa. Ia bukti keakraban. Sebab tak ada yang tersinggung. Malah hahahihi. Tetapi lihat konteksnya juga.

Eh, anjing juga menjadi nama alias bagi manusia. Zaman masih di Yogyakarta dahulu, ada teman saya bernama Kirik Ertanto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun