=000=
Gara-gara kopi pula, kami dua kali berjumpa. Masih di warkop Pasar Hilir itu. Kemarin pagi kami duduk berdampingan dipisah meja. Ia keluarkan HP androidnya. Saya tak paham bahasa Melayik, bahasa yang biasa dipakai di Ngabang. Tapi paham maksudnya. Ia minta tolong untuk mematikan mode getar pada HP androidnya.
"Rrrrrrrr..... Saya ndak suka, " kata dia. Sembari tangannya ia geletarkan.
Oh, kalau hanya hilangkan getar, saya bisa.Â
Pagi berikutnya, sehabis jalan cepat lima putaran, saya singgah di warkop yang sama. Kami berjumpa kembali. Duduk berdampingan lagi.
Ia memandang saya. Mukanya berkerut. Lalu meraba-raba kaca mata dan memakainya. Mencermati saya. Tetapi tak ada senyum diberi. Habis ngopi ia bayar dan pergi.
"Babe, jangan lupa maskernya," teriak pemilik warkop. Â
Ia buru-buru masuk kembali. Mengambil masker yang ia tinggalkan di atas meja.
"Pernah naik motor dari rumah. Pulang dia jalan kaki. Nanti cucunya yang datang ambil motor," kata pemilik warkop sembari ketawa.
Dalam hati saya berdoa. Tuhan, saya minta 65 tahun saja. Tapi yang sehat. Jangan pikun!